RIAU ONLINE - Teka-teki kenapa Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, tak mau mengalah dan berdamai saat Patroli Indonesia ditembaki tentara China guna melepaskan nelayannya yang masuk wilayah laut Indonesia, akhirnya terjawab sudah.
Pemerintah China kini membekali nelayan-nelayan mereka yang berasal dari kota pelabuhan di Pulau Hainan, dengan dasar-dasar militer dan menjadikan mereka sebagai mata-mata.
Nelayan-nelayan di pelabuhan tersebut, seringkali berurusan dengan tentara, seperti kemudahaan memperoleh bahan bakar minyak serta perlengkapan perikanan.
Baca Juga: China Bikin Gara-gara Lagi di Laut China Selatan
Cara ini, dilansir dari dw.com, diakui sebagai jurus baru China untuk memata-matai negara tetangga saat konflik saling klaim di Laut China Selatan, sangat tinggi seperti saat sekarang.
Mereka menerapkan startegi meletakkan nelayan di garda terdepan, bukan lagi kapal perang di sekitar Laut China Selatan. Cara inilah yang diterapkan saat patroli Indonesia hendak menangkap nelayan China.
Lalu, seperti apa tugas nelayan-nelayan yang telah diberi pelatihan militer tersebut? Disamping menangkap ikan secara ilegal di wilayah sengketa, mereka ditugaskan mengumpulkan informasi mengenai pergerakan kapal asing, pejabat pemerintah di kota-kota pelabuhan dan perusahaan ikan milik negara yang berseteru.
Tak aneh, strategi baru ini sedang giat-giatnya dilakukan militer Chian mengubah nelayan menjadi milisi tanpa senjata. Selain latihan manuver laut, pemerintah Beijing juga menyediakan perlengkapan komunikasi dan GPS untuk 50 ribu kapal nelayan agar bisa menghubungi Pasukan Penjaga Pantai dalam situasi darurat.
Klik Juga: China Adu Domba Negara-negara ASEAN Demi Laut China Selatan
Selain itu pemerintah Cina juga mendorong nelayan untuk mengganti kapal tradisional berbahan kayu dengan material yang lebih kokoh, seperti besi.
"Jumlah milisi maritim kami bertambah karena kebutuhan negara dan keinginan nelayan untuk berbakti serta melindungi kepentingan kami," tutur seorang konsultan pemerintahan Hainan kepada kantor berita Reuters.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline