Jokowi Utamakan Opsi Dialog untuk Bebaskan 10 WNI yang Disandera Abu Sayyaf

Kelompok-Abu-Sayyaf.jpg
(BBC INDONESIA/GETTY)

RIAU ONLINE, JAKARTA - Upaya pembebasan 10 Warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf tetap mendahulukan upaya dialog. Apalagi Pemerintah Indonesia juga tak bisa seenaknya masuk tempat penyanderaan yang merupakan wilayah Filipina.

 

"Opsi dialog tetap didahulukan untuk menyelamatkan yang disandera," ucap Presiden Joko Widodo, Minggu (3/4/2016) malam. (BACA : ISIS Kembali Rilis Video Mengerikan)

 


Secara khusus Presiden telah mengutus Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi untuk berbicara dengan Pemerintah Filipina. Selain itu, Presiden menggarisbawahi bahwa kejadian penahanan WNI berada di wilayah Filipina. (KLIK JUGA : Pasca Dikuasai ISIS Ditemukan Kuburan Massal di Palmyra)

 

"Sehingga tidak bisa kita masuk seenaknya," kata Presiden sebagaimana dilansir dari portal resmi Sekretariat Negara.
Meski mengutamakan dialog, pasukan reaksi cepat tetap dipersiapkan di Tarakan, Kalimantan Utara. Persiapan pasukan reaksi cepat ini bahkan dipantau terus oleh Presiden. 

 

"Tapi untuk masuk ke wilayah negara lain harus ada izin, dan memang kemarin dilaporkan dari menteri luar negeri yang juga selalu saya kontak, harus ada izinnya dari parlemen. Nah ini yang masih belum," ujar Presiden.