Ruangan Belajar Kandang Sapi Itu Dipakai untuk 3 Kelas

Ruang-Kelas-Lebih-Parah-Dibandingkan-Laskar-Pelangi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

Laporan: Azhar Saputra


RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sebanyak 80 Murid Sekolah Dasar Negeri 135, Kelurahan Tenayan Raya, Kecamatan Sail, tak membayangkan jika mereka belajar di bangunan kelas jauh lebih buruk seperti dalam film Laskar Pelangi, dengan latar cerita negeri kaya timah, Belitung. 

 

RIAUONLINE.CO.ID, memperoleh informasi ada bangunan sekolah dasar jauh dari bayangan masyarakat saat ini dari akun media sosial.

 

Jangan dibayangkan kelasnya berdindingkan batubata, atau berlantaikan keramik, justru di SDN 135 ini satu ruangan dibagi tiga, antara kelas IV, V dan VI dengan beratapkan seng bekas yang sudah bocor-bocor, tiang penyangga dari kayu ubar, dan lantai tanah. 

 

Baca Juga: Miris, Sekolah di Pekanbaru Ini Lebih Parah Dari Laskar Pelangi

 

Awalnya, gedung sekolah dituju SDN 135 Tenayan. Namun, di tengah perjalanan menuju sekolah tersebut, RIAUONLINE.CO.ID, bertemu dengan seorang warga, Dian, namanya, Selasa 22 Maret 2016.

 

Warga Jalan Badak Ujung ini menceritakan jika ada lebih buruk bangunan sekolah dibandingkan SDN 135. Sekolah trrsebut merupakan cabang dari SDN 135, induknya. 



 

Kaki pun bergegas melangkah menuju sekolah dasar cabang tersebut di Gang Sejahtera, Kelurahan Tenayan Raya, Kecamatan Sail, Kota Pekanbaru.

 

"Status dari Lemdik ini adalah cabang, karena induknya berada jauh di sekitar kawasan perkebunan kelapa sawit milik PT Budi Tani. Untuk laporannya sama seperti induk," kata Oky, wali kelas di sekolah marjinal ini.

 

Kelas 1, 2, dan 3 difasilitasi dengan dua ruangan. Berada di bawah bahu jalan dengan kontur tanah bergelombang. Turun satu tingkat, di sinilah di bangun kelas dimaksud kandang sapi tadi. Diperuntukan bagi siswa kelas empat, lima, enam.

 

Bangunan yang digunakan untuk tiga kelas tersebut terbuat dari potongan kayu ubar bekas sebagai tiang dan penyangga, tanpa dinding.

 

Murid SD Belajar Bak di Kandang Sapi

 

Hanya papan tulis sebagai pembatas. Lebih mencengangkan, satu pondok ini dibagi dua ruangan bagi kelas empat, lima dan enam.

 

"Kalau hujannya gerimis, proses belajar-mengajar tetap berlangsung. Kalau lebat hujannya, siswa dipulangkan. Kan liat sendiri, tanpa dinding. apa lagi atapnya, bocor," kata Rendi, tenaga guru Pendidikan Jasmani, saat dihubungi melalui telepon seluler. 

 

Klik Juga: Pak Firdaus, Kapan ke Sini? Lihat Sekolah Kami Dong

 

"Sebenarnya enggak efekti doh Bang belajar seperti ini. Jujur saja pasti tidak efektif. Kenapa begitu, ya kita belajarnya kan merangkap," kata Oky lagi.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline