RIAU ONLINE - Havana, ibukota Kuba sudah dipercantik saat Presiden Amerika, Barack Obama berkunjung, Minggu (20/3/2016). Poster selamat datang dipajang. Jalan yang berlubang pun ditambal.
Obama akan berada di negara komunis itu selama 48 jam. Ini merupakan kunjungan pertama Presiden Amerika setelah 88 tahun hubungan kedua negara memburuk. Kini, hubungan diplomatik kedua negara membaik.
Dalam poster yang dipajang, dimuat foto-foto Obama yang bersanding dengan Presiden Kuba Raul Castro. Bahkan karena hal itu dianggap langka, sejumlah orang berfoto selfie di depannya.
BACA JUGA : Rekrut Pejuang Teroris ISIS di AS, Pria Ini Divonis Lebih dari 22 Tahun Penjara
Kuba dan AS memulai normalisasi hubungan setelah Castro dan Obama sepakat menghentikan pertikaian pada Desember 2014. Kedua negara bertikai usai pemerintah pro-Amerika digulingkan dalam revolusi Kuba tahun 1959.
KLIK JUGA : Rosberg Senang Kalahkan Ferrari
Tak hanya jalan dan poster, sejumlah warga Kuba menyambut positif hubungan kedua negara yang mulai "harmonis". Setidaknya itu yang diungkapkan seorang mahasiswa Barbaro Echavarria. Menurut dia, meski Amerika masih menerapkan Embargo, ia senang Kuba punya hubungan baik lagi dengan negara adidaya itu.
Sementara itu, Elena Gonzalez, seorang guru di Havana menganggap Obama sebagai orang yang berani karena menyetujui hubungan dengan Kuba.
Kedua negara mulai meningkatkan hubungan, salah satunya dengan menormalisasi perdagangan, terutama di sektor telekomunikasi, penerbangan dan kerja sama penegakan hukum serta perlindungan alam, yang telah ditandatangani kesepakatannya.
Walau mulai membangun kembali "kemesraan", namun masih ada ganjalan dalam hubungan AS-Kuba. Di antaranya adalah embargo ekonomi yang sudah berusia 54 tahun. Obama terpaksa menggunakan hak eksekutifnya untuk melonggarkan larangan dagang dan perjalanan ke Kuba setelah upaya serupa dijegal kubu Republik di Kongres.
Kuba juga terus mengeluhkan okupasi AS di pangkalan angkatan laut Guantanamo yang kini jadi penjara tersangka teroris. Selain Guantanamo, gesekan kedua negara juga masih ada terkait dukungan AS terhadap para pemberontak Kuba dan radio serta TV anti-komunis.