Benarkah Pelihara Jenggot dan Kumis Banyak Kuman di Wajah?

Herman-Atuk-Kumis-Pantura.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/WINAHYU DWI UTAMI)

RIAU ONLINE - Sunnah Nabi Muhammad SAW untuk memelihara jenggot hingga kini masih ditunaikan oleh umat Islam. Lalu, bagi orang yang suka klimis, tak pelihara jenggot dan kumis, beranggapan jika pelihara jenggot dianggap tak bersih dan dapat membawa berbagai kuman penyakit. 

 

Apa benar, jika memelihara kumis dan jenggot juga pelihara kuman serta bakteri? 

 

Tanpa kita sadari, kata dr. Reza Fahlevi, Anggota Redaksi Medis Kedokteran Umum KlikDokter.com, sebenarnya pada kulit manusia terdapat berbagai jenis bakteri. Sebagian jenis bakteri tidak menimbulkan penyakit atau disebut dengan flora normal, sementara sebagian jenis bakteri lainnya dapat menimbulkan penyakit.

 

(Baca Juga: Jangan Anggap Remeh Gatal-gatal di 5 Area Vital Laki-laki Ini

 

"Keseimbangan flora normal pada kulit sangat penting agar pertumbuhan bakteri jahat dapat dicegah. Namun, dalam keadaan tertentu apabila pertumbuhan flora normal melebihi dari seharusnya, jenis bakteri baik ini juga dapat berubah menjadi jahat," ujarnya. 

 

Wajah merupakan tempat pertumbuhan bakteri. Maka tak heran, jika selama ini pekerja yang bergerak di bidang medis, industri makanan, dan pekerjaan lainnya yang memiliki kontak dekat dengan manusia, sangat diharapkan menjaga kesehatan dan kebersihan wajahnya.

 

Kumis dan jenggot dianggap mendukung pertumbuhan bakteri pada wajah, sehingga menyebabkan atau menularkan infeksi bakteri kepada orang lain yang berkontak langsung dengannya. Meski demikian, belum banyak penelitian membuktikan hal tersebut.



 

Penelitian Soal Bakteri pada Wajah

Sebuah penelitian dilakukan pada satu rumah sakit di Amerika Serikat melibatkan 408 pekerja rumah sakit, ternyata menemukan hasil berbeda. Penelitian tersebut memeriksa pertumbuhan kuman dari pekerja memiliki rambut wajah (kumis, jenggot, atau berewok) dengan pekerja lainnya yang mencukur rambut wajahnya.


Hasilnya, secara umum pertumbuhan bakteri sama banyaknya pada pria memiliki rambut wajah maupun yang mencukur. Namun, bakteri dapat menimbulkan infeksi saluran napas dan kulit (S. Aureus dan MRSA) ternyata lebih banyak tumbuh pada wajah pekerja rumah sakit yang mencukur rambut wajahnya.

 

"Penyebabnya, diduga timbul akibat luka kecil yang kerap terjadi setelah mencukur, sehingga memicu pertumbuhan bakteri," kata Reza. 

 

Di sisi lain, jelasnya, ada sebuah penelitian di Turki yang memeriksa pertumbuhan kuman dari hidung pria berkumis dan tidak berkumis. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat umum.

 

Sebanyak 118 pria berkumis dibandingkan dengan 123 laki-laki tidak berkumis. Hasilnya, menunjukkan pertumbuhan bakteri S Aureus sama banyaknya pada kedua kelompok tersebut.

 

(Klik Juga: Keseringan Nonton Film Dewasa, Dampaknya Seperti Ini

 

Hasil ini tampak berbeda dengan penelitian yang disebutkan sebelumnya di atas. Perbedaan itu dapat disebabkan lokasi dan peserta penelitian. Penelitian sebelumnya dilakukan pada pekerja rumah sakit, sementara penelitian ini dilakukan pada masyarakat umum.

 

Karena masih minimnya penelitian tentang hal ini, maka belum bisa dipastikan apakah pria dengan rambut pada wajah ataukah laki-laki bercukur memiliki jumlah bakteri lebih banyak pada wajahnya. Oleh karena itu, penelitian lain masih diperlukan untuk membuktikannya.

 

"Namun demikian, jika Anda memutuskan untuk memiliki rambut wajah, maka pastikan Anda merawat kebersihannya dengan baik guna mencegah pertumbuhan kuman," saran Reza.

 

Sebaliknya, tuturnya, jika Anda memutuskan mencukur rambut wajah, pastikan meminimalkan luka saat mencukur dengan cara membasahi rambut wajah sebelum bercukur, menggunakan foam, menggunakan alat pencukur yang tajam, serta mencukur dengan hati-hati.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline