RIAU ONLINE, PEKANBARU - Zulkifli, mahasiswa Universitas Islam Riau. Ia berkewarganegaraan Thailand, dan Zulkifli lahir dan besar di provinsi yang berbatasan dengan Malaysia, Thailand Selatan. Bagi sebagian orang yang tahu, mereka merupakan suku asli sana, menyebut dengan Patani.
Zulkfili menceritakan, penduduk Patani mayoritas beragama Islam dengan suku bangsanya Melayu. Warga Patani, tuturnya, masih satu rumpun dengan Indonesia, Malaysia juga Brunei Darussalam.
Laki-laki puluhan tahun ini sudah sejak 2013 lalu menuntut ilmu di Pekanbaru. Selain kuliah, ia ingin mengenal lebih banyak tentang Indonesia. Zulkifli ingin belajar banyak dari Indonesia dengan kulturnya yang santun, agamis serta menghargai perbedaan sebagai tradisi asli bangsa.
(Baca Juga: Beasiswa Pemprov Dianggarkan 2015, Tapi Baru Dibayar 2016)
Ia melihat, Indonesia merupakan negara percontohan bisa dijadikan laboratorium kerukunan. Sebuah negara dengan beragam perbedaan, namun santun dan saling menghargai satu sama lain.
"Indonesia adalah negara yang unik. Di sini, berbagai perbedaan bukan menjadi sebuah masalah seperti halnya di daerah lain. Perbedaan di sini malah menjadi alasan satu sama lain saling menghargai dengan apa dimilikinya masing-masing," komentarnya tentang kebhinekaan saat bincang-bincang dengan ?RIAUONLINE.CO.ID.
Ketika ditemui, ia sedang bersantai sambil memegang buku sejarah orang Patani. Ia duduk di sebuah bangku di pelataran rumah. Ada beberapa kawannya yang lain di dalam rumah mereka tempati selama ini.
Mahasiswa Patani lainnya sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang belajar, ada mengobrol, ada juga tidur dan bermain smartphone mereka. Perilaku dan tingkahnya sama seperti mahasiswa Indonesia umumnya ketika jauh dari orangtua.
"Kita sudah terbiasa hidup jauh dari orangtua dan keluarga. Mereka yang ada di sinilah sebagai keluarga kami sekarang. Kami bersaudara walaupun tak terikat hubungan darah. Kami bersama walau tak dibesarkan bersama," tutur ZUlkifli.
Di Pekanbaru, mahasiswa Patani membuat sebuah organisasi paguyuban. Mereka menamakannya Persatuan Mahasiswa Islam Patani Thailand Selatan (PMIPTI) Pekanbaru.
Paguyuban ini ada menaungi sebagian besar kota-kota di bagian barat Indonesia. Untuk di Sumatera sendiri, Zulkifli menjelaskan, hanya di Bangka Belitung dan Sumatera Barat saja yang tak ada paguyuban Patani ini. Mahasiswa Patani ada di sana, namun jumlahnya kecil untuk mendirikan PMIPTI.
(Klik Juga: Anak Asal India Ini Miliki IQ Setara Einstein)
Kesehariannya, organisasi ini hanya mengadakan agenda-agenda rutin biasa. Misalnya, pengajian atau diskusi rutin. Dalam agenda rutin mereka lakukan, tak jarang mereka mengundang tamu lain dari organisasi mahasiswa atau pemuda Pekanbaru guna bergabung dengannya.
Sesekali mereka juga membuat acara dengan mengundang masyarakat sekitar. Seperti ketika syukuran ulang tahun PMIPTI. Organisasi mahasiswa Patani di Pekanbaru lahir sejak 25 Agustus 2012. Tiap tanggal ini Zulkifli dan yang lainnya merayakan hari jadi PMIPTI.
MAHASISWA Patani, Thailand Selatan, yang menuntut ilmu di Pekanbaru, Riau, dalam suatu acara.
Terhitung tahun ini, pada 25 Agustus 2016 mendatang, PMIPTI Pekanbaru genap berusia 4 tahun. Masih terbilang muda memang. Maka wajar jika menurut Zulkifli, PMIPTI di Pekanbaru ini belum banyak dikenal oleh masyarakat dan mahasiswa luas. "Masih belum banyak yang kami kenal di sini. Kami juga belum tahu banyak di Pekanbaru ini," katanya jujur dengan sedikit segan.
Dari 69 anggota PMIPTI di Riau, masih ada belum mengerti dan fasih berbahasa Indonesia. Bahkan, Zulkifli sendiri, sudah di Riau sejak 2013 lalu, terkadang masih kesulitan berkomunikasi dengan orang Indonesia yang berbahasa Indonesia.
"Kami sadar kalau alasan kurangnya kemampuan komunikasi menjadi alasan kenapa kami sulit membangun silaturahmi dengan masyarakat luar. Karena dari anggota kami sendiri, banyak belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Kalaupun bisa, kemampuan mereka hanya berada pada tahap mengerti ucapan, tapi sulit mengucapkan balik," kata lelaki berumur 23 tahun ini.
Ia mengatakan, ketika baru itu tidak langsung ke Riau, tapi Yogyakarta terlebih dulu. Di sana, ia kuliah di UIN Sunan Kalijaga dengan mengambil program studi Teknik Informatika. Setelah setahun, barulah pindah ke Pekanbaru. Ketika itu, hanya ada 10 mahasiswa Patani di sini.
Tujuan ia hijrah untuk membangun PMIPTI lebih banyak di Indonesia supaya lebih banyak orang Indonesia yang bisa mengenal Patani lebih dekat.
(Lihat Juga: UI Keberatan Ada Lembaga LGBT Catut Namanya)
"Sekarang setelah beberapa tahun semakin banyak mahasiswa asal Patani yang berkuliah di sini. Di Pekanbaru saya kemudian mengulang studi dari awal lagi. Kami semua berkuliah di UIR karena lebih mudah perizinannya dibandingkan perguruan tinggi lainnya," kata mahasiswa Teknik Perminyakan yang kini duduk di tahun ketiga.
Selain itu PMIPTI juga aktif menjalin komunikasi mahasiswa antar negara. Misalnya dengan mahasiswa asal Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan Singapura. Kerap kali mereka bahkan mengadakan acara bersama meningkatkan kualitas komunikasi mereka antar satu dan yang lainnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline