Mengenal Jamie Vardy, Ujung Tombak Leicester City

Vardy.jpg
(Internet/Getty Images)

RIAU ONLINE - Pecinta Sepak Bola Liga Inggris saat ini dikejutkan dengan penampilan ciamik Jamie Vardy. Dia bukan dari pesepak bola profesional yang dibina oleh akademi klub besar. Vardy muncul dari pelbagai klub kecil non liga.

 

Kini pemain yang dulunya merumput dalam laga amatir itu menjelma bak bintang besar, bahkan mampu membawa klubnya Leichester City ke puncak klasemen. Padahal klub ini sempat terseok tahun lalu agar tetap bertahan kasta liga bergengsi Ingris itu. Tapi kini Leichester City berhasil menumbangkan satu persatu klub elit inggris hingga mampu bertahan di puncak klasemen pekan ke-16. Vardy menjadi pencetak gol terbanyak sementara.   

 

Vardy adalah bukti nyata bahwa kerja keras dan semangat tak kenal menyerah bisa berakhir dengan manis dan indah.

 

Dikutip dari laman fourfourtwo.com, untuk ribuan pesepakbola yang bermain di non-liga, Jamie Vardy bisa dijadikan panutan untuk mewujudkan mimpi mereka bermain di level teratas kompetisi terbaik sejagat raya. (KLIK: (Video) China Hujan Meteor Hingga 8 Jam)

 

Ya, penyerang Leicester City itu menjadi bukti nyata dari dongeng di dunia sepakbola. Dan semua itu tak bisa dilepaskan dari permainan mempesona dan kontribusi yang tak kalah krusialnya buat timnya saat ini.

 

Hingga minggu ke-14 Liga Primer Inggris, Vardy sudah mencetak 14 gol buat Leicester City. Tetapi yang lebih istimewa adalah pencapaiannya memecahkan rekor Ruud van Nistelrooy di Premier League, yaitu dengan selalu mencetak gol di 11 pertandingan beruntun. Sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat 3,5 tahun yang lalu, ia masih bermain di klub non-liga (divisi kelima di piramida sepak bola Inggris), Fleetwood Town!

 

Alhasil, dengan rentetan gol demi gol ke gawang lawan, Vardy pun berhasil menduduki puncak klasemen top skorer sementara, dan membantu Leicester berada di posisi kedua klasemen sementara. Pencapaian yang gila untuk sebuah klub yang nyaris degradasi musim lalu. (BACA: Ini Dia Pemain Bola Profesional Tertua di Dunia, Usianya 49 Tahun)

 

"Ia adalah mimpi buruk buat pemain belakang," ujar Victor Wanyama, gelandang Southampton.

 

"Ia tak pernah berhenti bergerak dan berlari selama 90 menit. Ia tak berbicara dengan pemain belakang, ia hanya konsentrasi, menunggu momennya berlari."

 


"Tak ada pemain belakang yang suka dengan cara itu, karena itu berarti mereka harus secara konstan berlari dan mengubah susunan dan skema di lini belakang. Vardy seperti hama, sangat mengganggu," tandasnya.

 

Dan anggapan pemain lawan terhadap Verdy tak bisa dilepaskan dari kerja keras yang ditunjukkannya, bukan hanya di sepanjang pertandingan, bahkan di sesi latihan sejak ia memulai karirnya di klub kecil non-liga, Fleetwood Town. (LIHAT: Ronaldo Beri Kebebasan Sang Anak Miliki Tato Wajah Rivalnya)

 

Vardy sendiri saat ini berusia 28 tahun, tapi tiga tahun sebelumnya, ia masih bermain di non-liga. Bersama Fleetwood Town, kerja keras di sesi latihan dan pertandingan terus ditunjukkannya. Tak ada kata menyerah, tak ada keluhan lelah. Yang ada hanyalah usaha untuk bisa mencapai level yang lebih baik.

 

Usahanya membuahkan hasil. Pada 17 Mei 2012, Leicester menebusnya dari Fleetwood Town, satu dari tiga klub non-liga yang pernah dibela Vardy selain FC Halifax Town dan Stocksbridge Park Steels, dengan nilai transfer £1 juta, yang menjadi rekor transfer tertinggi di non-liga. Bahkan nilai transfernya bisa menjadi £1,7 juta ditambah bonus dan sebagainya.

 

Leicester memboyong Vardy karena sudah begitu kontributif bersama Fleetwood Town, di mana timnya bisa diantarkannya promosi ke Football League untuk kali pertama. 31 gol dari 36 penampilan menjadi sumbangsih Vardy pada saat itu.

 

Namun, musim pertama Vardy di Leicester City pada 2012/13 tak berakhir manis. Proses adaptasi yang sedikit lambat membuat Vardy kerap mendapat kritik dari suporter di sosial media. Vardy bergeming dan terus berusaha menampilkan performa terbaiknya bersama Leicester City, yang membuatnya terbilang sukses di musim keduanya. 16 gol disumbangkannya buat Leicester, sekaligus membawa timnya promosi ke Liga Primer Inggris dan membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik versi Pemain Leicester di musim 2013/14.

 

Setelahnya, Vardy kembali harus menyesuaikan diri dengan ketatnya kompetisi Liga Primer dan hanya bisa memberikan kontribusi lima gol buat timnya di sepanjang musim, tapi sukses mempertahankan timnya bertahan di kasta teratas kompetisi terbaik di Inggris tersebut.

 

Dan di musim ini Vardy semakin menunjukkan keberingasannya di depan gawang lawan, dengan 11 gol dari 11 laga sudah menjadi kontribusinya sejauh ini.

 

"Saya pikir ia masih bisa berkembang lebih baik lagi karena ia yakin dengan kualitasnya. Ia memberikan segalanya sebanyak 100 persen dan 2,000 mil per jam," sanjung Claudio Ranieri, pelatih Leicester City.

 

Lalu, apa yang menjadi rahasia sukses Vardy sampai seperti ini?

 

"Ia tak kenal takut ketika berada di lapangan, tapi tetap tenang di setiap situasi. Tak ada yang bisa membuatnya gentar," ujar agen Vardy, John Morris.

 

Dan yang paling menonjol adalah kerja kerasnya di lapangan sepanjang laga. Nyaris di setiap momentum Vardy terlibat dalam permainan Leicester, dalam bertahan mau pun menyerang. Kapabilitasnya memaksimalkan potensi dua kakinya juga pantas mendapat pujian, pun demikian dengan kecepatan dan dinamisasi permainan, juga keberanian duel di udara.

 

"Vardy membangun tempo dan gaya bermain timnya dan tak memberikan kesempatan pemain di belakangnya untuk tidak berjuang keras," sanjung analis Sky Sport Gary Neville.

 

Karakter Vardy sejatinya adalah pemain yang serba bisa. Ia memiliki kecepatan sebagai pemain sayap, tapi presisi sebagai pemain depan. Kombinasi ini membuat Ranieri bisa mudah memindahkannya dari satu sisi ke sisi lain untuk mengadaptasi permainan dan skenario permainan yang berbeda.

 

Dan karakter bermain ini juga bisa menguntungkan tim nasional Inggris. Dengan jumlah skuat yang minim, dibutuhkan pemain serba bisa dengan kualitas bagus dan Vardy memenuhi persyaratan itu.

 

Tapi, apakah Vardy sudah bisa diandalkan untuk menjadi tulang punggung tim nasional Inggris di Piala Eropa 2016?

 

Merujuk pada performa di setiap musim, harus dipahami bahwa Vardy selalu menjalani proses adaptasi dengan caranya sendiri di tim barunya. Hal ini tak terkecuali bersama skuat Inggris. Empat caps yang dimiliki Vardy sejauh ini merupakan proses adaptasi, dan bisa saja berjalan lebih lama dan panjang. Tapi, bila pemain kelahiran Sheffield 11 Januari 1987 itu sudah menemukan ritme, tempo dan menyatu dengan skuat di sekitarnya, gol demi gol akan bisa dipersembahkannya. Inggris tetap harus bersabar, tapi tetap harus diakui Vardy memiliki potensi untuk mengguncang Eropa.