RIAU ONLINE, PEKANBARU - Desa dengan seribu air terjun, begitulah sebutan untuk Desa Lubuk Bigau di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Satu diantaranya, Air Terjun Sijonjang, merupakan primadona yang wajib dikunjungi bagi wisatawan pecinta alam dan petualangan.
Lokasi Air Terjun Sijonjang tersembunyi di antara lebatnya pepohonan di Kawasan Hutan Desa, jauh dari pemukiman masyarakat. Karya Sang Maha Agung yang belum banyak 'dikoreksi' manusia ini, menyuguhkan panorama eksotis.
Belum diketahui berapa ketinggian pasti Air Terjun Sijonjang, namun kedalaman danau yang terbentuk di bawahnya mencapai 25 centimeter sampai 4 meter. Danaunya pun cukup luas dan dihias batu-batu besar yang seolah sengaja disusun sebagai hiasan.
Airnya berwarna sedikit merah. Namun, Anda tak perlu khawatir, karena saking jernihnya, saat sinar matahari pagi mulai merekah, Anda bahkan dapat melihat kedasar danau.
"Air terjun Sijonjang ini dibuka sebagai ekowisata alam. Karena kita ingin keindahan alam yang ada desa ini, tetap terjaga dan menjadi daya pikat bagi wisatawan. Sehingga, semua wisatawan yang datang, ikut menyadari pentingnya menjaga keindahan alam ini," ujar perwakilan pemuda Desa Lubuk Bigau, Ari kepada RIAU ONLINE.
Ia menjelaskan, warna danau yang kemerahan bukanlah karena air merupakan air gambut. Air berwarna kemerahan di danau karena adanya kayu dan akar-akar yang menciptakan ilusi merah.
"Kita belum tahu jenis kayunya apa. Tetapi air ini sebenarnya sangat bening karena air terjun ini berasal dari Sungai Batang Kapas," jelasnya.
Air Terjun Sijonjang memang berlokasi di bawah Air Terjun Batang Kapas yang sudah lebih dulu dibuka sebagai lokasi wisata. Ari menjelaskan, Sungai Batang Kapas yang melintasi sejumlah desa di Kabupaten Kampar ini, memang membentuk sejumlah air terjun.
"Sebenarnya ada banyak air terjun yang mengalir dari beberapa sungai di Kampar Kiri. Kami juga sudah menemukan puluhan air terjun yang belum diberi nama. Sejauh ini baru empat air terjun yang sudah bisa diakses warga, diantaranya adalah Air Terjun Batang Kapas yang tingginya mencapai 150 meter dan Air Terjun Sijonjang yang jauh lebih dekat," jelasnya.
Ari melanjutkan, meski keindahan Air Terjun Sijonjang masih sangat alami, namun wisatawan yang hendak berkunjung tak perlu meragukan fasilitas yang tersedia untuk berbagai kebutuhan.
"Berkat bantuan PLN dan Organisasi Hutan Riau, saat ini lokasi wisata Air Terjun Sijonjang sudah dilengkapi sejumlah fasilitas. Kita punya Shelter yang dibangun PLN, ada kamera trap yang digunakan Hutan Riau untuk memantau aktivitas hewan di lintasan air terjun dan ada juga lokasi berkemah serta dapur umum, dan toilet permanen yang airnya jernih karena langsung dialirkan dari air terjun kecil di dekat Shelter," jelasnya.
Shelter yang dibangun menggunakan kayu Meranti dan Kulim terdiri dari dua kamar di lantai bawah dan satu kamar di lantai atas. Selain itu terdapat juga ruang tamu dan diterangi dengan pencahayaan menggunakan panel surya.
Di depan Shelter terdapat dua kamar mandi yang dibangun dengan dua jenis kayu yang sama. Air kamar mandi dialirkan langsung dari air terjun kecil yang mengalir di dekat Shelter.
Selain itu, bagi wisatawan yang hendak berkemah, pun tersedia hamparan untuk mendirikan tenda tak jauh dari depan Shelter.
"Meski lokasinya masih kawasan hutan, tetapi kita yakinkan bahwa kawasan Shelter dan perkemahan sangat aman dari binatang buas," jelasnya.
Sementara itu, Pj Kepala Desa Lubuk Bigau, Risman mengatakan pada dasarnya wisatawan yang hendak mengunjungi Air Terjun ini hanya dikenakan tarif Rp10 ribu per kunjungan.
"Namun, karena akses jalan yang sulit dilalui, maka pemuda desa setempat yang akan melakukan pengantaran dan ini dapat dibicarakan bersama. Kemudian, demi keamanan pengunjung saat berwisata, kami juga mengimbau agar melapor ke desa sebelum melakukan kegiatan wisata air terjun," pungkasnya.