RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pesona Desa Gema, Kabupaten Kampar, Riau, merupakan bagian dari kawasan sanggraloka berkelanjutan. Lokawisata ini begitu indah memesona, lantaran berada di dalam kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling.
Jilah kening bakal terasa ketika tiba di sini. Lanskap alur Sungai Subayang meliuk membelah perbukitan, dihiasi arunika menembus pepohonan. Menjadi memorabilia pengunjung yang datang.
Ketika fajar datang, sandikala matahari menjadi penyemangat kalpasastra. Senyum ramah penduduk lokal selalu hadir menyapa pelancong yang datang.
Untuk mendorong sektor pariwisata di kawasan ini, Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau rutin mempromosikan sekaligus menggelar events. Satu di antaranya adalah events Festival Subayang.
Dok. Istimewa
Tajuk tersebut dirasa memiliki spirit global festival. Menggambarkan aplikasi Bukit Rimbang dan Bukit Baling yang melatari Subayang, menghadirkan kultur yang selaras dengan alam.
Dok. Istimewa
Kepala Dispar Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, Festival Subayang adalah sebuah upaya dalam menjaga alam dan memelihara kultur.
Dok. Istimewa
Festival ini juga melibatkan seluruh pihak berkompeten mulai dari tokoh adat setempat, pihak pemerintahan sampai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Dok. Istimewa
"Di Subayang wisatawan bisa menyaksikan kembali ragam kearifan lokal. Selain itu, tema lingkungan untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian alam memang jadi salah satu topik menarik ketika berwisata ke destinasi ini," kata Roni, Selasa, 7 Maret 2023.
Dok. Istimewa
Roni berujar, Festival Subayang akan kembali digelar di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, pada tanggal 10-12 Maret 2023 mendatang. Sebelumnya pada Festival Subayang 15-17 Juli 2022 lalu, ratusan wisatawan mendatangi festival ini, sembari menikmati sejumlah agenda.
Dok. Istimewa
Agenda wisata ini, adalah satu di antara Karisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf. Bakal dimeriahkan dengan penampilan lokal performing art, sajian bazar produk lokal, bazar produk binaan, dan tradisi panen ikan lubuk larangan.
Selain itu, juga ada atraksi Semah Rantau, camping ground, parade perahu hias, jamuan tengah sungai, tubing (water sport), serta field trip di 5 destinasi unggulan di kawasan Bukit Rimbang Baling.
Peluncuran Gernas BBI dan BWI
Festival Subayang tahun ini juga disertakan acara peluncuran Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Wisata di Indonesia (BWI). Dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2023 di Desa Gema.
Acara ini merupakan bentuk komitmen Pemprov Riau untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat, tentang dorongan penggunaan produk lokal atau produk dalam negeri dari UMKM.
Provinsi Riau ditunjuk Kementerian Kemaritiman dan Investasi menjadi salah satu dari 12 provinsi di Indonesia menjadi penyelenggara gerakan Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBI).
Sebelumnya, Pemprov Riau juga telah membentuk Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Tim ini untuk menyukseskan Gernas BBI pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pembina Tim P3DN Riau, adalah Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Tim pengarahnya Sekda Provinsi Riau, Kepala BI Riau, Kepala OJK Riau, Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan Riau, dan stakeholder lainnya.
Sekda Provinsi Riau SF Hariyanto mengatakan, tujuan dari BBI tersebut untuk membangkitkan UMKM, ekonomi masyarakat dan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Riau.
"Untuk pelaksanaan BBI ini akan dilaksanakan selama tiga bulan, mulai diluncurkan pada Maret ini dan puncaknya di bulan Juni 2023. Kita Pemprov sebagai penyelenggaranya, dan di support oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI)," ujar SF Hariyanto.
"Peluncuran ini sengaja kita gabungkan dengan Festival Subayang dengan tujuan untuk mempromosikan events pariwisata di Provinsi Riau," imbuhnya.
Subayang, sebuah negeri tua di kawasan Kampar, adalah bagian tak terpisah dari peradaban Bumi Lancang Kuning. Dahulu, di aliran sungai yang meliuk itu para pedagang berlalu-lalang.
Hasil bumi dialirkan, orang-orang bepergian, berpindah mencari penghidupan, sekaligus membawa akulturasi. Kultur mencari bentuk dan lahirlah adat tersurat dan yang tersirat termasuk kearifan lokal.
Sampai saat ini, di Subayang sejatinya tak benar-benar melupakan pucuk-pucuk peradaban. Kita masih mendapati ragam budaya yang menjunjung tinggi kearifan dan akal budi.
Andai ke Riau, singgahlah di Subayang. Alur sungai meliuk, airnya jernih. Di pantulan riak, kita seolah dapat melihat kembali seluruh peristiwa di masa lalu.
Untuk mencapai ke destinasi ini, jarak tempuh dari Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau, 100 Kilometer atau 2 jam 30 menit dengan berkendara menggunakan motor atau mobil.