RIAU ONLINE, BAGANSIAPIAPI - Teriknya sengatan panas matahari serta banyaknya asap dari bakaran Hio (Dupa Sembahyang) tak menyurutkan niat ribuan masyarakat untuk menyaksikan tradisi budaya ritual Bakar Tongkang digelar, Rabu siang, 19 Juni 2019, di kota Bagansiapiapi.
Tidak hanya puluhan ribu masyarakat Tionghoa dari lokal maupun luar Riau, juga dimeriahkan para perantau Tionghoa Bagansiapiapi di luar negeri, ikut juga.
Tak peduli meski mata berkaca-kaca akibat hio dibakar, pengunjung tetap semangat melihat, mendekat, serta mengabadikan momen sekali setahun dengan smartphone mereka bawa agar bisa memamerkannya di media sosial.
"Baru sekali ini ikut lihat bakar tongkang, soalnya penasaran sama suaranya," ujar Sumini, warga Kecamatan Batu Hampar.
Sebelum dibakar, terlebih dahulu warga Tionghoa melakukan sembahyang di depan replika tongkang berkepala naga yang didiamkan di dalam kelenteng tertua In Hok King, di tengah Kota Bagansiapiapi, menyembah Dewa Kie Ong Ya.
Sekitar pukul 15.30 WIB, Gubernur Riau Syamsuar, Bupati Rokan Hilir Suyatno, Kabarharkam Polri Komjen Pol Condro Kirono, Staf Ahli Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti serta berbagi pejabat lain hadir di kelenteng In Hok King untuk melepas kapal tongkang menuju tempat ritual pembakaran yang berada dijalan perniagaan.
Replika kapal tongkang itu dibawa dengan cara di gotong sejauh dua kilometer mulai jalan kelenteng menuju jalan perniagaan tempat ritual. Perjalanan tongkang diiringi tang ki atau loya dari seluruh perwakilan kelenteng yang ada di Bagansiapiapi.
Perjalanan tongkang ditengah kota berjuluk Seribu Kubah tampak sedikit terhambat akibat banyaknya kabel listrik, telepon, spanduk melintang serta ranting pohon hutan kota melintang di atas jalan. Namun, itu masih bisa diatasi dengan galah bambu panjang mendorong kabel ke atas.
Banyaknya ritual dilakukan dalam perjalanan, membuat tongkang butuh satu jam sampai ketujuannya. Apalagi banyak terdapat kelenteng menuju tempat terakhirnya harus disinggahi sejenak untuk melakukan ritual pemanggilan roh.
Seperti saat melewati kelenteng Kuan Tei Tua, dilakukan ritual oleh para loya sekaligus tongkang disambut dengan dentuman ribuan petasan membuat telinga pengunjung mendengung jika berdiri setengah menit di depan kelenteng itu.
Belum cukup, di sepanjang rute dilewati tongkang, warga Tionghoa sekitar banyak minuman botol maupun kaleng dari berbagai merek diberikan secara gratis kepada peserta bakar tongkang maupun wisatawan yang lewat. Ini dilakukan sama seperti tahun sebelumnya.
Tongkang yang diarak-arak pun tiba pukul 16.35 WIB di areal lokasi pembakaran. Tongkang langsung dinaikkan ke atas tumpukan kertas sembahyang warna kuning (Kim Chua) untuk dibakar sebagai acara puncak melihat arah jatuhnya dua tiang tongkang.
Setelah api disulutkan ke kertas, tidak menunggu waktu lama, replika tongkang dan kertas Kim Chua cepat hangus. Peserta yang hadir kembali mengucapkan doa-doa dan melemparkan tiga batang hio merah mereka bawa.
Kedua tiang tongkang pun jatuh ke arah yang sama mengarah ke laut. Mereka akan mempercayai tahun ini rezekinya akan lebih banyak didapat di laut. "Hwala, hwala, hwala, hwala," teriak peserta sahut-sahutan ketika melihat tiang bendera tongkang jatuh.
Melihat suksesnya acara itu, Bupati Rokan Hilir, Suyatno mengucapkan, terima kasih kepada Kementerian Pariwisata diwakili Staf Ahli Bidang Multikultural Esthy Reko Astuty, kesekian kalinya datang ke Rokan Hilir mendorong acara even bakar tongkang ini hingga menjadi acara wisata nasional.
Untuk 2019 ini, jumlah wisatawan melihat bakar tongkang mencapai 76 ribu pwngunjung. Ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk itu, Suyatno sangat berharap kepada Kementerian Pariwisata, Gubenur Riau dan Sugianto (Raja Baut), kedepannya bagaimana lebih ramai lagi.
"Saya mendapakan informasi tahun ini jumlah pengunjung hampir 76 ribu. Tahun depan kita minta 100 ribu pengunjung. Soal jalan Ujung Tanjung dan Bagansiapiapi sekarang lagi dikerjakan, jadi tidak ada masalah soal jalan," sebut Suyatno.