RIAU ONLINE, PEKANBARU - "Sala lauak godok bagulo balilah". Begitulan bunyi suara rekaman yang diperdengarkan melalui toa kecil yang diletakkan di bagian tengah motor bebek Yusnal dengan nada mengiba agar dibeli pelanggan.
Suara sala lauak godok bagulo balilah (Sala lauak dan godokm bergula) ini merupakan rekaman suara laki-laki kelahiran Pariaman, Sumatera Barat ini. Ia merekamnya menggunakan telepon seluler miliknya lalu kartu memori (memory card) menyimpan nada tersebut dimasukan ke music box .
(Baca Juga: Bermodalkan Suara Merdu Tukang Sol Sepatu ini Naik Haji Gratis)
"Saya rekam sendiri, suara saya sendiri. Lalu memory card dicolokkan dan disambungkan melalui toa kecil ini," kata Ajo, panggilan akrabnya saat menyambangi kantor RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu (29/8/2015).
Ajo Yusnal telah menjajakan sala lauak ini sejak lima bulan lalu. Ia telah banyak menekuni pekerjaan lainnya, sebelum berdagang makanan khas Sumatera Barat tersebut. Di antaranya sopir dan kerja serabutan lainnya.
Ia menceritakan, sala lauak dan godok bagulo ini diambilnya dari pedagang di Jalan Pangeran Hidayat atau Jalan Panger. Laki-laki warga Jalan Pemuda Gang Damai, Kelurahan Tampan, Pekanbaru ini, tiap pagi usai Salat Subuh dan Siang pukul 15.00 WIB, merupakan jadwal pengambilannya.
(Klik Juga: Surat Perjanjian Cinta Bermaterai Mahasiswa Ini Hebohkan Pekanbaru)
"Untuk sala lauak saya ambil untung hanya Rp 100 per buah dan jual Rp 500. Sedangkan untuk godok bagulo Rp 200, saya jual Rp 1.000," kata Yusnal sambil membuka topi petnya.
Panganan itulah kemudian ia jajakan ke Pasar Pagi Arengka (Soekarno-Hatta) setiap paginya dan sekitar Jalan Dagang, Semangka dan Nenas di Sukajadi, kala sore hari.
Dari keuntungan Rp 100 untuk sala lauak dan Rp 200 godok bagulo, ia gunakan untuk beli bensin dan menafkahi keluarganya, termasuk menyekolahkan anak-anaknya.
"Kalau kami, jika tak laku tak masalah. Karena kami ambil untung. Sementara pembuat kue-kue ini justru ambil rugi," katanya dengan nada serius.