RIAU ONLINE, SIAK - Limbah yang mengotori Sungai Siak membuat sejumlah nelayan di Kabupaten Siak terpaksa gulung tikar.
Man (50), warga kelahiran Siak yang juga dahulu juga seorang nelayan, mengungkap bahwa para nelayan sudah berhenti mencari ikan sejak 1991. Ia menduga limbah perusahaan, limbah kanal, dan pelaku potas udang yang masih aktif sampai sekarang menjadi penyebabnya.
"Sejak itu, para nelayan gulung tikar dan mencari pekerjaan baru untuk bertahan hidup sehari-hari," ucap Man (50) kepada RIAU ONLINE, Kamis 4 Januari 2024.
Menurutnya, kemunculan perusahaan-perusahaan besar di Kabupaten Siak mulai menyebabkan kesulitan baru untuk warga Siak dalam yang sejak dahulu bertahan hidup dari hasil kerja sebagai nelayan.
Satu di antaranya adalah perusahaan kertas yang diduga kerap mengalirkan limbahnya ke Sungai Siak. Asap perusahaan besar lain juga kerap mempengaruhi kualitas udara menjadi tidak sehat.
Limbah perusahaan itu merusak kearifan Sungai Siak. Sejak itu pula banyak ikan di Sungai Siak yang mabuk, bahkan mati.
"Efek dari itu, pendapatan ikan para nelayan berkurang drastis, nelayan tidak lagi bisa mendapatkan ikan dengan jumlah yang banyak. Bahkan sering zonk. Padahal mencari ikan merupakan mata pencaharian para nelayan warga Siak," ucap Man, kecewa.
Seiring dengan padatnya penduduk, limbah kanal warga banyak sekali yang dialirkan ke Sungai Siak. Alhasil, spesies ikan di Sungai Siak pun rusak.
Tidak hanya itu, para pencari udang nakal yang menggunakan potas juga masih bebas melakukan aksinya di malam hari.