RIAU ONLINE, PEKANBARU-Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau memiliki program studi pertama kali di Indonesia yang membuka kurikulum energi terbarukan atau Green Energy.
Wakil Dekan lll Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau, Kunaifi mengatakan Green Energy sudah dalam proses persiapan seperti membuat kurikulum, rekrut dosen, melengkapi laboratorium dan fasilitas, serta sudah ada 6 dosen tetap yang direkrut.
"Jadi Green Energy tidak lagi menyongsong tapi sedang berjalan. Bukan sesuatu yang akan terjadi di masa depan tapi apa yang terjadi sekarang. Karena krisis energi sudah terjadi seperti minyak. Minyak itu yang awalnya tidak banyak diproduksi namun sekarang banyak diproduksi," ujarnya saat diwawancarai RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu 21 Oktober 2023
Ia menjelaskan, Green Energy merupakan
energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kepentingan generasi berikutnya.
"Biasanya Green Energy itu adalah energi terbarukan karena itulah yang memenuhi kriteria. Misal kalau kita menggunakan batu bara yang banyak ataupun gas, maka akan terpengaruh untuk kebutuhan batu bara dan gas untuk masa yang akan datang. Jadi secara definisi energi hijau adalah energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan energi di masa depan. Biasanya mereka ini ramah lingkungan, makanya sesuatu yang ramah lingkungan di sebutkan green energy," jelasnya.
Menurutnya, dalam tahap ini untuk persiapan peak oil atau titik hipotetis produksi minyak mencapai tingkat maksimum sudah terlaksana. Namun masih menunggu peak gas dan batu bara.
"Tapi kan yang dibutuhkan masyarakat adalah minyak dan gas. Kalau kita amati dalam 2 tahun terakhir gas non subsidi, pada pertengahan tahun 2020 harga gas 12 kg yang non subsidi itu masih Rp60.000. Sekarang itu sudah Rp230.000 dalam waktu 2 tahun. Makanya kita butuh tenaga ahli dalam pengembangan energi non bahan bakar fosil. Marena orang-orang inilah yang bersuara dan masuk ke industri itu agar industri bergerak" ungkapnya.
Kunaifi berharap pemerintah perlu memberikan perhatian pada semua bidang walaupun pemerintah punya target renewable energi 23 persen pada tahun 2025 dan 30 persen pada tahun 2050.
"Nah untuk menjalankan itu pemerintah perlu memperhatikan penyediaan SDM. Saya melihat itu belum maksimal karena sekarang perguruan tingginya masih jalan sendiri dan berjuang sendiri. Kalau memang ini milik negara seharusnya negara menyediakan seperti pengadaan fasilitas laboratorium untuk bidangnya. Namun ini belum terjadi. Akhirnya inisiatif datang dari perguruan tinggi dan perguruan tinggi tidak sama levelnya. Ada yang kaya dan miskin sehingga mereka sama-sama bersaing sekarang," tutupnya.
Artikel ini ditulis Annisa Alzikri, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE
<iframe title="YouTube video player" src="https://www.youtube.com/embed/Xwp31EepX-g?si=kbOZLZS2-zqktJe2" frameborder="0" width="425" height="350"></iframe>