RIAU ONLINE, PEKANBARU-Sejumlah harga bahan pokok akhir-akhir ini terpantau melambung tinggi. Tidak hanya beras, gula dan telur, sayur-mayur juga ikut mengalami kenaikan.
Pedagang sembako Pasar Pagi Arengka, Ade (33), mengatakan kenaikan paling drastis terutama untuk beras dan gula pasir.
"Yang awalnya harga gula Rp14.000 per kilogram sekarang menjadi Rp16.000 per kilogram. Sementara harga beras Rp15.000 per kilogram sekarang menjadi Rp17.000 per kilogram," ujarnya saat diwawancarai RIAUONLINE Sabtu 30 September 2023.
Menurutnya, faktor naiknya harga beras disebabkan adanya gagal panen di Sumatera Barat.
"Jika harga gula memang dari distributornya yang naik terus. Sehingga adanya dampak yang terasa seperti pembeli sepi, sebab naiknya terlampau tinggi," katanya.
Ia berharap harga sembako kembali stabil, agar dagangannya bisa laris-manis.
"Sebab semakin naiknya harga, orang tidak bisa membagikan uangnya untuk membeli yang lain karena kebutuhan utama kita itu ya seperti beras, minyak dan gula" jelasnya.
Sementara, pedagang sayur Pasar Pagi Arengka, Amelia (18) mengungkapkan musim kemarau tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualannya. Hanya saja ada beberapa sayuran yang harganya turut naik.
"Seperti sayuran di sini yang naik yaitu sayur kol, jagung dan mentimun. Biasanya modal sayur kol Rp65.000 sekarang menjadi Rp90.000. Sedangkan mentimun biasa modalnya Rp5.000 sekarang menjadi Rp8.000," ungkapnya.
Ia menjelaskan, kenaikan ini terjadi akibat banjir yang sempat menerapa beberapa waktu lalu hingga menyebabkan ladang rusak dan petani sulit melakukan penanaman ulang.
"Mereka naikan harga dan dampaknya di kita. Makanya orang tidak mau membelinya karena terlalu mahal," tuturnya.
Senada dengan pedagang sayur di Jalan Kartama, Lelmawati (50). Ia mengungkapkan naiknya harga sayur cukup berdampak terhadap dagangannya.
"Harga sayur dari ladang mahal sehingga kalau kita jual mahal maka tidak dibeli orang, kalau tidak kita beli di ladang kita yang kosong jualannya," tuturnya.
Ia menyebut, sayuran merata naik sebab musim kemarau pasca diterpa hujan dan angin kencang, sehingga sayuran sulit tumbuh.
"Biasanya sayur bayam, kangkung dan lainnya dengan modal Rp1.000 per ikat dari ladang dan kita jual Rp5.000 per 3 ikat, sekarang modalnya Rp1.700 tetap kita jual sama dengan sebelumnya tergantung kita saja pandai mengolahnya, untuk sayur selada biasanya modal Rp2.500 dan kita jual 3 ikat Rp10.000 sekarang modalnya Rp5.000 dan tetap kita jual seperti biasa," jelasnya.
Tak hanya itu saja, naiknya harga sayur juga disebabkan pupuk mahal seperti pupuk kandang, pupuk industri dan bibit.
"Jadi mau tidak mau kita jalanin seperti ini saja," tutupnya.
Artikel ini ditulis Annisa Alzikri, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE