RIAU ONLINE, PEKANBARU-Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menyelimuti Provinsi Riau tidak hanya berdampak dari segi kesehatan, namun dapat berimbas dari sektor perekonomian jika tidak cepat diatasi.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Riau, Dahlan Tampubolon menilai bahkan pertumbuhan ekonomi Riau triwulan II sebesar 4,88 persen (y o y) tidak bisa dipertahankan hingga triwulan III.
"Akhir Juni atau awal Juli hingga minggu ketiga Agustus 2023 merupakan puncak kemarau di Riau. Potensi kebakaran menjadi momok bagi Riau di mana banyak terdapat lahan dengan gambut tebal yang akan menjadi titik-titik api. Keadaan empat atau lima tahun yang lalu bisa kembali terjadi, Riau dikepung asap," ujarnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Kamis 10 Agustus 2023.
Dahlan menjelaskan, Secara teknis efek El-Nino sangat mempengaruhi tanaman pangan. Petani yang mengusahakan tanamannya sangat bergantung pada air.
Sehingga dengan adanya kemarau serta karhutla, sektor perkebunan bisa ikut terancam. Produksi sawit akan mengalami trek karena kering. Apalagi jika kebakaran lahan sudah meluar dan menjadi kabut asap.
"Semua tanaman butuh cahaya matahari, termasuk sawit. Jika intensitas cahaya kurang, produksi buah kurang. Dampaknya hasil panen petani menurun," tukasnya.
Di sisi industri pengolahan, Dahlan menyebut khususnya pabrik kelapa sawit pasokan akan terganggu dan kapasitas produksi juga akan turun. Sektor industri tentu menjadi tidak efisisen karena hanya mampu memproduksi CPO di bawah kapasitas. Sedangkan komponen biaya non variabel tetap harus dikeluarkan.
"Kekeringan, karhutla, produksi TBS menurun mengganggu ekonomi wilayah Riau yang sangat bergantung pada pertanian perkebunan," tegasnya.
Dengan demikian menurunnya produksi sawit dan CPO, pendapatan petani dan pekerja sektor industri pekebunan pun ikut berimbas. Akibatnya belanja kebutuhan non primer jauh berkurang. Geliat pusat-pusat perbelanjaan di kota melemah. Belanja masyarakat kemungkinan akan bergeser ke belanja yang berhubungan dengan kesehatan untuk berjaga-jaga.
"Beberapa tahun lalu terjadi pembelian penyaring udara dalam jumlah besar, kemudian banyak pusat kesehatan yang menerima pasien dengan gejala ISPA. Akibatnya produktivitas penduduk Riau menurun dan potensi pertumbuhan ekonomi tidak terpenuhi," pungkasnya.