RIAU ONLINE, PEKANBARU-Program peningkatan sumber daya manusia (SDM) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama mitra pelaksana Politeknik Caltex Riau (PCR) disambut antusias pemuda dan pemudi Riau. Berbagai program kreatif dan inovatif muncul dari para peserta sebagai upaya membangun gerakan perubahan positif di tengah masyarakat.
Pada kegiatan fase pertama ini, peserta mendapat pelatihan dan pendampingan dari para mentor PHR dan PCR dalam belajar mewujudkan ide dan gagasan program secara sistematis menggunakan metode yang teruji. Adapun materi pelatihan meliputi, kepemimpinan, penyelesaian masalah, berpikir kritis, manajemen proyek serta komunikasi dan presentasi.
Ide-ide kreatif yang lahir nantinya diharapkan dapat diaplikasikan bersama dalam program kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada kegiatan ini pula, PHR bersama PCR turut menghadirkan tokoh inspirasi dokter muda sekaligus wirausahawan sosial Gamal Albinsaid guna berbagi pengalaman dan motivasi dalam membangun wirausaha sosial (sociopreneurship).
Sebagaimana disampaikan peraih Sustainable Living Young Entrepreneurs Award dari Pangeran Charles di Istana Buckingham tersebut, menjadi pengusaha tidak serta merta berbicara keuntungan, melainkan turut andil dalam menyelesaikan persoalan sosial di sekitarnya.
Peserta asal Kampar, Siska Pratiwi mengaku lewat program RiYoLC ini ia banyak belajar tentang dunia usaha dan saling berbagi ilmu dengan pemuda kreatif lainnya. “Di sini kami diajarkan bagaimana kiat dalam berwirausaha. Meski saya sudah membangun sebuah bisnis, namun saya bisa belajar lebih dalam memperbaiki bisnis untuk ke depannya. Saya juga mendapat banyak relasi teman-teman berasal dari pengusaha-pengusaha muda Riau,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Siska bersama kelompoknya mengusulkan kegiatan yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan terutama di bidang peningkatan kemampuan bahasa Inggris bagi generasi muda di Kabupaten Kampar. Menurut Siska, kemampuan bahasa Inggris penting untuk menyelaraskan perkembangan era globalisasi seperti saat sekarang ini.
“Saya harap program ini akan berkelanjutan guna menghasilkan generasi muda yang nantinya mampu membuka lapangan pekerjaan. Program yang kami rancang ini mudah-mudahan berjalan lancar. Gerakan ini sangat bagus khususnya Kabupaten Kampar. Insya Allah kalau berjalan, Kabupten Kampar tidak hanya maju di bidang pendidikan tapi juga bakal menjadi tujuan pariwisata,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Cindi Shandoval. Wanita yang memiliki latar belakang Change Maker dalam pelestarian budaya di Kabupaten Siak ini mengaku program RiYoLC menjadi tantangan baru dalam hidupnya.
“Di sini saya mendapatkan peningkatan kapasitas yang memang sangat dibutuhkan untuk berorganisasi lebih lanjut. Merasakan bekerja dengan kelompok dari berbagai latar belakang yang luar biasa sehingga akhirnya banyak sudut pandang,” pungkasnya.
Bersama kelompoknya, Cindi menggagas program inkubasi bisnis lestari di Kabupaten Siak. Menurutnya, program inkubasi terbilang cukup banyak di Indonesia, namun untuk program inkubasi yang menyelesaikan dampak lingkungan masih terlau sedikit.
“Berawal dari keresahan setelah adanya kebakaran hutan di Siak dan Pelalawan yang cukup berdampak terhadap lahan gambut. Untuk pemulihan sudah ditanam tumbuhan ramah gambut seperti nenas tapi belum ada hilirisasinya. Inkubasi bisnis lestari ini dibuat untuk memantik inpirasi dan ide-ide usaha anak muda lokal yang bisa membaca dan melihat situasi lingkungan mereka. Jadi bisa memanfaatkan komoditas lokal untuk menjadi sebuah produk,” jelasnya.
Selain mengajak generasi muda meningkatkan ekonomi, program inkubasi lestari yang digagas ini diharapkan juga dapat menyelesaikan dampak sosial. “Misinya menyelamatkan lahan gambut, namun bisinis-bisnis yang muncul juga bisa menyelesaikan dampak lingkungan,” paparnya.
Peserta lainnya berlatarbelakang petani milenial yakni, Ade Putra Daulay. Dia menyebutkan program RiYoLC sangat selaras dengan kebutuhan generasi muda yang ingin membangun usaha.
"Ini sangat dibutuhkan oleh teman-teman para generasi muda hari ini yang mempunyai semangat tinggi untuk menjadi pelaku usaha. Tentunya harus diimbangi dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup. PHR sudah sangat luar biasa memberikan pendampingan terhadap penyusunan perencanaan bisnis (business plan) yang ada,” tuturnya.
Bersama kelompoknya, Ade ingin mengembangkan inkubasi usaha di bidang pertanian bagi anak muda. “Kita sudah mempunyai inkubator wirausaha itu di Kelurahan Tebing Tinggi, Okura di sektor pertanian bersama teman-teman, kita akan kembangkan lebih baik lagi ke depannya untuk meningkatkan angka wirasausaha mencapai angka 4 persen.
Dengan ada kegiatan ini, kita mendapatkan masukan-masukan yang luar biasa untuk pembenahan dari inkubator yang sudah ada hari ini. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini, benar-benar mampu melahirkan generasi muda menjadi pelaku usaha di sektor pertanian di Provinsi Riau ini,” jelasnya.
Program RiYoLC merupakan ajang kolaborasi PHR dengan tokoh-tokoh muda untuk melahirkan ide-ide dan pemikiran kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat Riau. Melalui pertemuan ini, peserta diharapkan dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman sehingga bisa membuka cakrawala dan cara pandang untuk kemajuan bersama.
Kegiatan ini diikuti 35 peserta yang berasal dari tujuh daerah operasi yakni Rokan Hilir, Rokan Hulu, Bengkalis, Siak, Kampar, Pekanbaru dan Dumai. Latar belakang peserta beragam mulai dari penggerak UMKM, organisasi kepemudaan dan mahasiswa.
Program ini sebagai wujud nyata kesungguhan perusahaan dalam meningkatkan SDM Riau yang unggul dan terampil. Peningkatan SDM merupakan instrumen penting dalam kemajuan bangsa, di mana dunia industri perlu mengambil peran dalam pengembangan SDM demi menciptakan ekosistem yang baik serta melahirkan generasi muda yang berdaya saing. “Kolaborasi dengan pemuda ini diharapkan mampu melahirkan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa terutama Provinsi Riau,” kata Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto.
Dalam kegiatan ini, para peserta berkesempatan mengunjungi Journey Room di Kamp PHR guna memahami perkembangan industri hulu migas dari masa ke masa di Provinsi Riau. Para peserta juga mendapat pemaparan terkait program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang sudah dijalankan oleh PHR.
Peserta tampak antusias saat diajak melihat Gathering Station (GS) PHR di Minas. Peserta juga berkesempatan mengunjungi Bank Sampah Pondok Pesantren Ibnu Almubarok binaan PHR, di Jalan Sri Amanah, Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru.
Selain mendengar kisah sukses Pembina Ponpes, Rinwiningsih dalam mengelola sampah, para peserta dapat berbagi ilmu dan melihat langsung pengelolaan sampah hingga akhirnya menghasilkan sejumlah produk turunannya seperti eckobrik, budi daya maggot, peternakan ayam kampung, perkebunan dan pupuk lindi.
TENTANG PHR WK ROKAN
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan salah satu anak perusahaan Pertamina yang bergerak dalam bidang usaha hulu minyak dan gas bumi di bawah Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). PHR berdiri sejak 20 Desember 2018. Pertamina mendapatkan amanah dari Pemerintah Indonesia untuk mengelola Wilayah Kerja Rokan sejak 9 Agustus 2021.
Pertamina menugaskan PHR untuk melakukan proses alih kelola dari operator sebelumnya. Proses transisi berjalan selamat, lancar dan andal. PHR melanjutkan pengelolaan WK Rokan selama 20 tahun, mulai 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041.
Daerah operasi WK Rokan seluas sekitar 6.200 km2 berada di 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Terdapat 80 lapangan aktif dengan 11.300 sumur dan 35 stasiun pengumpul (gathering stations). WK Rokan memproduksi seperempat minyak mentah nasional atau sepertiga produksi pertamina.
Selain memproduksi minyak dan gas bagi negara, PHR mengelola program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan fokus di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat dan lingkungan.