Kehong Gembira Bertanam Kelapa Hibrida dengan Pendampingan CIFOR

Kehong.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Setiap pagi, Kehong bersemangat menuju lahan miliknya yang ia tanami kelapa hibrida. Lahan berukuran 20 meter kali 78 meter itu berada di pekarangan rumahnya. Dirinya memilih kelapa hibrida karena kemampuannya beradaptasi di lahan gambut dan tingkat produktivitasnya yang tinggi. Dalam waktu dua hingga tiga tahun, kelapa hibrida sudah bisa dipanen.

 

Kehong mendapatkan bibit kelapa hibrida pada 25 Mei 2022. Ia menerima bibit kelapa hibrida dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional Center of International Forestry Research (CIFOR). Ada sebanyak 155 bibit kelapa hibrida ditambah dengan 20 pokok lengkeng, 20 pokok matoa.

 

 

"Uji coba penanaman kelapa hibrida ini bantuan dari tim CIFOR. Awalnya melihat dari Kabupaten Siak, Sungai Apit. Hibrida ini sangat memiliki makna, satu dua tahun sudah bisa panen. Di lahan pekarangan saya sendiri saya menanam sebanyak 7 pokok bibit kelapa hibrida 2 pokok lengkeng 8 pokok matoa, karena proses budidayanya tergolong cepat," kata Kehong kepada RIAUONLINE.

 

Sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Penyengat IKBBSAR, Kehong juga dipercaya untuk membina kelompok tani di Lembaga Kerapatan Adat Penyengat IKBBSAR di Kampung Penyengat. Sejauh ini Kehong telah menyalurkan tiga sampai empat bibit kelapa hibrida kepada 22 kepala keluarga anggota Lembaga Kerapatan Adat Penyengat IKBBSAR untuk ditanam di pekarangan rumah mereka.

 

"Bibit yang kita dapatkan dari CIFOR dibagikan kepada 10 anggota lainnya. Masyarakat sangat tertarik dan semangat, awalnya saya meihatkan hasil uji coba yang di rumah saya. Namun tak di setiap rumah. Hanya yang bisa menanam dan mampu, akan saya bagikan bibit yang dapat dari CIFOR," ujarnya dengan semangat.

 

Kehong mengatakan, dalam proses penanaman kelapa hibrida, CIFOR memberikan pembinaan langsung dari paktik lapangan atau di arena aksi. Sebagai orang asli Anak Rawa, mayoritas masyarakatnya dari dulu sudah berkebun. Sebelumnya masyarakat Kampung Penyengat sudah mengenal teknik budidaya tanaman nenas. Pekerjaan lainnya yakni menanam hasil non kayu seperti damar dan rotan, lalu melaut.

 

"Namun kini kami berharap dengan menanam kelapa hibrida di pekarangan rumah dapat meningkatkan ekonomi selain budidaya nanas. Kami ingin belajar bagaimana cara pembibitan dan penanaman yang baik. Semoga bisa terus dibantu lagi, karena lahan gambut ini cocok untuk ditanami kelapa hibrida," kata Kehong. 

 

Pria dua anak ini mengaku tak ada kendala berarti selama proses penanaman kelapa hibrida. Kehong didukung penuh dalam kegiatan menetapkan teknik budidaya yang diterapkan oleh pihak CIFOR. Ia berharap ke depannya dari keuntungan budidaya kelapa hibrida ini bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.

 

"Beberapa waktu ini ada hujan tapi masih bisa terkendali, memang ada satu dua yang mati. Tapi saya sudah buktikan yang punya saya, lahan gambut ini sudah cocok dengan kelapa hibrida, tinggal perawatan saja, sekarang sudah ditanam satu tahun, pupuknya juga dibantu CIFOR," ungkapnya.



 

Tak hanya Kehong, beberapa kelompok lainnya juga menjadi target binanaan CIFOR. Ada kelompok Tani Naga Permai dan Kelompok Tani Permai Bertuah di Kampung Kayu Ara Permai Kecamatan Sungai Apit yang berkolaborasi menanam bibit kopi liberika.

 

Penanaman bibit kopi liberika di Kampung Ara Permai Siak tersebut merupakan satu dari sejumlah arena aksi dalam program Riset Aksi Partisipatif untuk Pencegahan Kebakaran dan Restorasi Gambut Berbasis Masyarakat di Kabupaten Siak oleh CIFOR.

 

Tiap-tiap arena aksi dikelola oleh kelompok tani setempat, mereka bebas memilih tanaman apa yang mereka minati. Ada yang memilih menanam matoa, kelengkeng, kelapa hibrida, pisang dan lainnya. Untuk memaksimalkan lahannya, ada juga yang membuat sekat kanal secara permanen.

 

Sementara itu, CIFOR yang memberikan pendampingan dan pendanaan, seperti penyediaan bibit hingga pengadaan pupuk. Contohnya Kelompok Wanita Tani Permai Indah Duo yang juga berada di Kampung Katu Ara Permai.

 

Ketua Kelompok Wanita Tani Permai Indah Duo, Yusmiati mengatakan, dirinya telah mendapat bantuan dari CIFOR berbentuk bibit jahe merah yang sudah ditanam dua bulan yang lalu. "Kami sudah kelola bersama ibu-ibu, di sini, kami juga mendapatkan pupuk dan cara pengolahan yang benar dibimbing oleh CIFOR," ucapnya.

 

Kelompok taninya sengaja memilih jahe merah karena menilai tanaman tersebut memiliki pangsa pasar yang cukup bagus, apalagi selain dikenal sebagai bumbu dapur, jahe merah juga identik sebagai bahan obat tradisional

 

Deputy Country Director & Senior Scientist CIFOR-ICRAF Indonesia Country Programme yang juga Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof Dr Herry Purnomo menyampaikan, CIFOR menyerap aspirasi masyarakat kemudian difasilitasi untuk pelaksanaan ide di kampung terpilih di Kabupaten Siak Riau.

 

 

 

CIFOR telah menggelar rangkaian kegiatan aksi pembangunan model bisnis pencegahan Karhutla dan restorasi gambut di Kampung Kayu Ara permai dan Kampung Penyengat. Upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan perlu mengedepankan partisipasi masyarakat.

 

"Bukan hanya mengamati, setelah mengamati kita membuat rencana dan aksi yang kecil kemudian dipantau, Ada fase refleksi, fase rencana, fase aksi dan fase pemantauan," jelasnya.

 

Pihaknya ingin mengembangkan beragam model bisnis wanatani misalnya wanatani kopi dan kelapa. "Jadi CIFOR menyerap ide-ide di lapangan untuk membangun model bisnis berbasis masyarakat. Apa value yang ingin dikembangkan dari kampung tersebut. Kemudian mencoba untuk menerapkannya di lapangan. Sehingga nantinya masyarakat mempunyai penghidupan yang ramah gambut," papar Herry.