Laporan Indah Lestari
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Keberadaan Orang Laut atau Suku Laut pada masa Kesultanan Malaka, memberi pengaruh besar bagi bangkitnya Kerajaan Malaka, yang merupakan cikal bakal Kerajaan Siak.
Orang Laut dianggap berjasa, karena telah berhasil mendukung dan melindungi kerajaan maritim tersebut.
Mary Somers Heidhues, peneliti dan akademisi Jerman dalam bukunya Southeast Asia: A Concise History menyebutkan, oleh Sultan Malaka, kemampuan merompak mereka digunakan untuk menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang menuju pelabuhan kerajaan.
Hal itu pulalah yang kemudian mampu mempertahankan hegemoni mereka, Suku Laut di daerah kekuasaan Malaka tersebut. Pulau pulau, pesisir, hingga muara sungai Riau-Lingga, yang juga merupakan napak tilas kekuasaan Kesultanan Johor dan Lingga.
Sewaktu Malaka jatuh, orang-orang Laut tetap setia pada keturunan Sultan Malaka, yang kemudian mendirikan Kesultanan Johor, setelah Malaka direbut Belanda pada abad 17.
Dengan kecemburuannya, Belanda pun bermaksud menyerang Johor, sebab bangkit dan berani menyaingi Malaka. Sultan Johor yang mengetahuinya, lantas mengancam Belanda dan memerintahkan orang-orang Laut yang berada di pihaknya untuk menghentikan perlindungan terhadap kapal-kapal Belanda.
Bahkan hingga keturunan terakhir Kesultanan Malaka pun, Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, Orang Laut tetap setia.
Bersama prajurit-prajurit Bugis, Sultan Sulaiman Syah dari wangsa Bendahara, Orang Laut berhasil membantu Raja Kecil meraih kembali kejayaan Kesultanan Johor.
Kejayaan itu pula yang akhirnya diteruskan Kesultanan Siak, yang berpusat di Buantan, yang dikenal dengan Kerajaan Siak Sri Indrapura, didirikan pada tahun 1723 Masehi di Kabupaten Siak, Riau.