DWI Fatimah
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Kita butuh lebih banyak orang seperti Chanee Kalaweit. Sebab, ia mendedikasikan hampir separuh hidupnya untuk kelestarian hutan dan satwa di dalamnya. Ayah dari Andrew Kalaweit ini mendirikan Kalaweit Organization di tengah hutan Kalimantan guna mengobservasi dan menyelamatkan satwa liar.
Pria asal Prancis ini sudah dari tahun 1998 memilih tinggal di Indonesia dan sudah menjadi WNI sejak 2013 lalu. Saat ini Chanee dan keluarganya tinggal di hutan Kalimantan. Chanee yang memiliki nama asli Aurélien Francis Brulé pada awalnya datang ke Indonesia atas obsesinya terhadap Owa. ia ingin menyelamatkan Owa-owa yang disimpan warga sebagai peliharaan, ataupun yang diburu.
Alasannya pindah ke Indonesia karena kawasan hutan di Indonesia masih sangat luas dan terdapat banyak jenis Owa. “Di dunia ini terdapat 17 jenis Owa, tujuh diantaranya berada di Indonesia. Inilah yang membuat saya memutuskan meninggalkan Prancis dan menetap di Indonesia,” Jelas Chanee dikutip dari kanal YouTube nya.
Jiwa pecinta alam dan hewan yang tertanam dari dirinya sejak kecil membuatnya berani untuk tinggal di tengah hutan belantara Kalimantan, tepatnya Barito, Kalimantan Tengah.
Di sanalah ia akhirnya berhasil membangun Kalaweit Organization, yang mana berfokus pada penyelamatan satwa liar yang dilindungi dari perdagangan dan mendirikan cagar hutan untuk melindungi satwa-satwa tersebut. Bahkan, Kalaweit Organization menjadi salah satu organisasi yang mengecam keberadaan hutan kelapa sawit yang sering membuat satwa liar tergusur habitatnya.
Kini Kalaweit Organization yang didirikan Chanee tidak hanya menyelamatkan satwa Owa saja, tetapi juga satwa liar lainnya yang banyak diburu masyarakat dan dikembalikan ke hutan. Kini Kalaweit Organization juga sudah berekspansi ke Sumatera.
Tujuan utamanya adalah menyelamatkan Owa dan satwa liar lainnya yang tertangkap akan direhabilitasi pada pusat konservasi dan kemudian akan dilepas kembali ke alam
Kalaweit Organization saat ini menjadi lembaga terbesar di dunia dalam penyelamatan Owa. Tak hanya berfokus pada satwa, Kalaweit juga berfokus pada habitat asli Owa yakni hutan. Yayasan ini aktif mengkampanyekan dampak negatif deforestasi atau ahli fungsi hutan.
Kalaweit Organization juga berupaya bekerja sama dengan masyarakat pemilik lahan untuk mengkonservasi lahan dari alih fungsi dengan cara yayasan membeli lahan milik warga dan kemudian warga dapat mengelola lahan tersebut menjadi ladang agar tidak dijual ke perusahaan.
Kalaweit Organization yang didirikan Chanee juga memiliki tim patroli yang mengawasi hutan konservasi serta hutan milik warga dari perburuan dan penebangan liar. Owa yang berhasil dilepaskan telah berjumlah ribuan dan hutan yang dilestarikan telah mencapai 1.381 hektar serta hewan yang dalam rehabilitasi berjumlah ratusan. Kalaweit juga memiliki program-program edukasi melalui siaran radio Kalaweit FM untuk mensosialisasikan pentingnya menjaga hutan dan tidak memelihara serta memburu satwa liar.
Hingga hari ini, yayasan yang didirikannya menjadi mitra departemen kehutanan untuk menyelamatkan satwa yang dilindungi. Perjuangannya untuk menyelamatkan satwa-satwa di Indonesia bukan berarti tanpa duka. Bagi Chanee, hal terberat yang ia alami saat berjuang menyelamatkan satwa liar di Indonesia adalah melihat wajah Kalimantan yang berubah drastis demi industri perkebunan.
"Yang paling membuat saya sedih, dalam 20 tahun terakhir melihat wajah Kalimantan berubah. Hutan Kalimantan hancur demi industri," ujar dia.
Selama 20 tahun lebih berjuang menyelamatkan satwa, Chanee mengaku pernah menghadapi berbagai ancaman, terutama saat ia membuat video mengenai kabut asap yang menyelimuti Kalimantan. "Selama 20 tahun lebih di sini pasti ada konflik dan ancaman, terutama setelah saya bikin video itu. Kalau kita berusaha menyelamatkan sesuatu ada membuat perubahan baik pasti ada musuh. Apalagi, yang ada di hadapan kita perusahaan-perusahaan yang cuma mikir profit," ungkapnya.
Namun, rintangan tersebut tak memutuskan langkah Chanee untuk tetap berjuang. Baginya, ancaman-ancaman yang ia dapatkan tak sebanding dengan keberhasilannya melindungi lebih dari 1000 hektare lahan dan hutan di Kalimantan.
"Semua keberhasilan ini juga berkat dukungan masyarakat sekitar. Saya tidak akan bisa mendapatkan semua ini tanpa dukungan mereka," ucapnya.