RIAU ONLINE, JEPARA-Masjid dan Gereja berdiri kokoh dan berdampingan di kaki Gunung Muria, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.
Masjid Nurul Hikmah bersebelahan dengan Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ). Hal itu tentu saja membuat perhatian banyak pihak, Bagaimana mereka menjalankan ibadah?
Salah seorang tokoh Kristiani di desa Tempur Puniyah menceritakan soal dua bangunan dan kondisi sosial warga di tempat tersebut.
"Ini yang membuat itu malah masih kakak dan adik. Suwandi suami saya yang mengurus gereja dan Giran Jadi Sunaryo kakak saya yang mengurusi masjid,"jelasnya kepada SuaraJawaTengah.id beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, sampai saat ini mereka berdua (Suwandi dan Giran) sebagai contoh kerukunan beragama baik di dalam keluarga maupun di luar.
Meski lokasi masjid dan gereja saling berhadapan, tak pernah ada masalah dari kedua agama tersebut. Justru, umat muslim dan umat kristiani bisa saling membantu ketika ada kegiatan.
"Tak pernah ada konflik, justru saling membantu," katanya.
Dia mencontohkan, kegiatan seperti Hari Raya Natal yang notabennya adalah perayaan untuk orang Kristen juga banyak tetangga yang beragama Islam turut membantu.
"Biasanya yang masak-masak itu ibu-ibu yang agamanya Islam," paparnya dikutip dari suara.com
Selain itu, ketika gereja ada renovasi, banyak umat muslim di daerahnya yang juga ikut bergotong-royong. Banyak juga warga muslim yang menymbang semen.
"Ya nanti kalau masjid bangun begitu juga, umat kristiani ya ikut andil masalah pembangunan juga," ujarnya.
Jika ada kegiatan, lanjutnya, umat muslim dan umat kritiasi bergantian. Saat kebaktian malam atau sore, umat kristiani menunggu kegiatan umat muslim di masjid selesai.
"Kalau kebaktian kan kami menggunakan musik jadi bergantian," lanjutnya.