Protein Hewani Efektif Cegah Stunting Pada Anak

Penyebab-dan-Kerangka-Stunting-di-Indonesia.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE - Guru Besar Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH, menjelaskan, protein hewani dibutuhkan seorang anak dalam upaya pencegahan stunting.

Menurut Fika, protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lengkap, yang berperan penting dalam proses pertumbuhan anak.

"Produk susu merupakan salah satu protein hewani yang dinilai paling efektif dalam menurunkan risiko stunting, dibanding jenis protein hewani lain, seperti telur dan daging," kata Fika yang juga Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI dalam webinar Hari Gizi Nasional 2022 belum lama ini.

Sebab, susu pun dapat membantu tubuh membangun jaringan otot dan tulang ketika berada dalam fase pemulihan. Dan, susu juga mengandung hormon pertumbuhan.

"Ini juga yang sangat penting kalau kita bicara mengenai stunting," ujarnya.

Meski begitu, lanjut Fika, asupan protein hewani dan jenis makanan lain yang bervariasi tetap penting untuk dipenuhi.



"Salah satu keunggulan susu dibandingkan protein hewani lain adalah bentuknya yang cair. Sehingga mudah diasup anak dan mudah disiapkan ibu karena tidak perlu penanganan khusus," ujarnya.

Dijelaskan Fika bahwa pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada 2024 sebesar 14 persen. Guna mencapai target tersebut diperlukan penurunan 2,7 persen per tahun.

"Terkait intervensi stunting kelahiran, Menkes pada Januari 2022 menyampaikan bahwa pihaknya tetap mendorong ASI eksklusif enam bulan. Kemudian, juga akan meningkatkan edukasi mengenai kecakupan gizi untuk makanan pendamping air susu ibu (MPASI), terutama protein hewani," katanya.

Saat ini, konsumsi protein hewani di masyarakat masih rendah. Alasannya, kata Fika, yang pertama adalah rendahnya pengetahuan gizi dan pendidikan ibu.

Kedua, rendahnya tingkat pemberdayaan ibu. Ketiga, pantangan makanan.

"Adanya pengaruh harga menyiratkan peran penting kebijakan pemerintah untuk meningkatkan aksesbilitas dan keterjangkauan protein di negara miskin," katanya.

Dia mengimbau agar masyarakat tetap memberikan anak-anaknya susu meskipun sudah terlepas dari masa pemberian ASI. Selain anak, kata sandra, sebaiknya orang dewasa pun juga ikut mengonsumsi susu.

"Manfaat susu bagi manusia juga sudah disampaikan di beberapa kitab suci. Jadi, tidak ada alasan kalau kita tidak mau memberikan susu kepada anak. Bahkan sampai dewasa pun susu itu menjadi sangat penting," pungkasnya.

Artikel ini sudah tayang di Liputan6.com