Laporan Linda Mandasari
RIAUONLINE, PEKANBARU- Masyarakat melayu memberi kearifan kepada anak cucu dan kemenakannya, agar dapat menjaga dan memelihara alam lingkungan yang telah dijaga.
Dalam sistem budaya masyarakat melayu dapat dilihat dengan jelas bagaimana nilai budaya memberikan pedoman dan arahan agar lingkungan yang ada terpelihara.
Salah satu tradisi orang Melayu dalam menjaga keseimbangan lingkungan adalah dengan cara berladang di daerah rawa-rawa dan memiliki kebiasaan menanam berbagai tumbuhan.
Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Indonesia, 4 fakta kearifan lokal masyarakat melayu, simak ulasannya berikut ini.
Kearifan dalam memelihara fauna
Dalam menjaga keseimbangan ekologis dapat dilihat dengan memperlakukan hewan musang, binatang ini tidak pernah diberantas oleh masyarakat melayu sampai punah padahal hewan musang menjadi musuh ternak ayam dan itik.
Musang menyukai makanan buah-buahan terutama buah enau, kopi dan biji-bijian lainnya. Oleh karena itu sangat jarang orang lain menanam enau dengan sengaja makan buah lainnya, binatang musang akan menyebarkan biji-bijian maupun membuang kotoran di mana saja.
Namun binatang musang ini tidak pernah dimusnahkan oleh masyarakat melayu karena mereka mengetahui bahwa musang ini berperan sebagai penjaga keseimbangan ekologis.
Tanaman padi
Indonesia, 4 fakta kearifan lokal masyarakat melayu selanjutnya adalah tanman padi. Ketika tanman padi belum pada masa dituai, untuk menjaga semangatnya menyambut panen padi, masyarakat tidak menyebut tanaman padi tetapi menyembutnya buah rumput.
Maknanya agar para petani tidak terlanjur merasa bahagia pagi sombong sebelum hasil padi sampai selamat ke rumah. Sebelum padi dituai, di adakan upacara menjemput padi.
Sawah atau ladang dikelilingi dengan asap tuna oleh tukang jemput. Sambil berjalan mengelilingi ladang, dia memanggil tadi dengan bahasa yang indah bagaikan memanggil seorang perempuan agar segera pulang ke rumahnya. Hal ini merupakan sikap dan perilaku kehati-hatian orang Melayu dalam menjaga lingkungan.
Rotan
Masyarakat melayu memanfaatkan rotan untuk membuat peralatan rumah tangga dan dijual guna memenuhi kebutuhan ekonomi. Rotan digunakan untuk membuat peralatan yang digunakan sehari-hari seperti bakul, tikar, ambung, sanggai, lukah dan pelayanyalaian serta digunakan untuk mengikat atau tali dalam membuat Sudung dan lain sebagainya.
Pohon kelapa
Masyarakat melayu memiliki tradisi menanam pohon kelapa sebagai sumber kehidupan, dengan fungsi produktif dalam konsumsi kehidupan sehari-hari.
Gua dengan isi-isinya biasa dijadikan untuk santan untuk memasak gulai, dapat dijadikan minyak goreng, dan tempurung kelapa dapat dijadikan sebagai arang untuk membakar ikan bahkan untuk membuat pemanas penggosok.
Daun kelapa berfungsi juga untuk membuat atap dan anyaman, lidi daun kelapa untuk dijadikan membuat sapu, batang kelapa dijadikan sebagai tongkat rumah dan umbi kelapa dijadikan bahan makanan biasa jika ada pesta perkawinan.
Masyarakat tradisional Melayu dalam pemeliharaan lingkungan bersumber dari dukun, Bromo, Perawang, Kementan, guru silat, para raja, tokoh adat dan ulama.
Mereka mempunyai peranan masing-masing dalam masalah melestarikan lingkungan hidup dari ajaran agama Islam, masyarakat melayu mengetahui bahwa tiap manusia dikawal atau diawasi oleh malaikat.
Sekian informasi mengenai Indonesia, 4 fakta kearifan lokal masyarakat melayu. Semoga informasi Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.