Laporan Linda Mandasari
RIAUONLINE, PEKANBARU-Penyu merupakan salah satu fauna yang populasinya terancam punah, reptil laut yang dilindungi ini mampu bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang kawasan samudra Pasifik, samudra Hindia dan Asia tenggara.
Terdapat tujuh jenis penyu di dunia dan 6 diantaranya ada di Indonesia. Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah punahnya habitat penyu karena predator alami maupun manusia.
Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Penyu, Upaya pelestarian penyu di Indonesia, simak ulasannya berikut ini.
Penyu merupakan hewan pemakan segala (omnivora). Setiap jenis penyu memiliki makanan yang spesifik, penyu dengan bentuk mulut dan paruh yang khusus untuk membantu mendapatkan makanannya.
Penyu sisik memiliki bentuk kepala dan paruh yang runcing untuk memudahkan mencari makanan di terumbu karang. Penyu hijau yang di ketahui cenderung herbivora pemangsa agar dan lamun.
Penyu lekang merupakan salah satu penemu yang bersifat karnivora dan berparuh juga besar untuk memangsa ikan, ubur-ubur, cumi-cumi, kepiting dan udang.
Jenis penyu yang ada di Indonesia adalah penyu hijau (chelonia mydas), penyu sisik (eretmochelys imbricata), penyu lekang (lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys cariacea), penyu pipih (natator depressus) dan penyu tempayan (caretta caretta).
Penyu telah mengalami penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir ini bahkan beberapa spesies terancam kepunahan.
Di alam, penyu yang baru menetas menghadapi ancaman kematian dari hewan-hewan seperti burung, kepiting dan reptilia lainnya seperti biawak. Namun ancaman paling besar penyu yang ada di dunia ini adalah manusia.
Manusia telah membuat penyu terancam punah karena pembangunan daerah pesisir yang berlebihan, penangkapan penyu untuk diambil telur dan daging bahkan kulit dan cangkangnya.
Dengan begitu diperlukan adanya upaya konservasi yang merupakan salah satu kegiatan ini mencegah punahnya habitat penyu, mencegah adanya pemanfaatan penyu demi kepentingan komersial seperti penjualan telur, maupun daging.
Kegiatan tersebut dapat menjadi edukasi kepada masyarakat secara luas tentang pentingnya konservasi penyu demi menjaga habitat penyu di Indonesia agar tidak punah.
Upaya pelestarian penyu
Penyu, Upaya pelestarian penyu di Indonesia selanjutnya adalah upaya pelestarian penyu. Didirikannya Turtle Conservation and Education Center (TCEC) kegiatan ini berguna sebagai tempat konservasi penyu, tempat penetasan semi alami dari telur penyu yang diambil dari sarang alaminya yaitu di pinggir pantai agar telur tersebut dapat menetas dengan selamat tanpa harus terganggu oleh predator ataupun manusia.
Selain itu kegiatan ini juga sebagai tempat pembesaran tukik tukik penyu lekang yang nantinya dilepas ke laut jika umurnya sudah kurang lebih 3 bulan.
Upaya ini diambil sebagai solusi agar masyarakat tak mengambil penyu langsung dari laut demi terjaganya kelestarian habitat penyu. TCEC dijadikan sarana pendidikan dan dijadikan sebagai tempat wisata agar masyarakat lokal maupun turis asing dapat mengenal lebih dekat tentang penyu serta diharapkan timbulnya kesadaran untuk menjaga kelestarian penyu laut dari ancaman kepunahan.
Kegiatan mengadopsi tukik
Kegiatan ini ditujukan kepada turis yang ingin melepas tukik ke laut dari pinggir pantai.sumbangan uang dari para turis dalam kegiatan adopsi inilah yang dijadikan sebagai penghasilan untuk membeli pakan tukik dan lain-lain.
Sedangkan para turis lokal dan juga asing mendapatkan sertifikat sebagai volunteer dari TCEC. Kerjasama TCEC dengan WWF Indonesia berada di bawah naungan balai konservasi sumber daya alam (BKSDA).
Syarat ekologis
Sistem pembayaran harus memenuhi syarat ekologis. Selain pengadaan sirkulasi air, luas tempat pemeliharaan juga mendapat perhatian khusus.
Hal ini bertujuan memberikan ruang gerak yang luas bagi tokek karena tokek merupakan hewan yang aktif bergerak. Kedalaman air media pemeliharaan juga turut menentukan pertumbuhan tukik selama pemeliharaan.
Jumlah telur menetas paling banyak didapatkan pada hari ke 9 yaitu 72 butir telur dan jumlah telur yang gagal menetas paling banyak didapatkan pada hari ke 6 yaitu 75 butir telur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi telur dapat menetas dengan jumlah yang banyak maupun gagal menetas karena pengaruh pasir yang digunakan, pergantian pasir yang digunakan dan kedalaman sarang semi alami tersebut pada hari ke 7, 10, 11 dan 15 tidak ada telur yang menetas maupun gagal menetas.
Sekian informasi mengenai Penyu, Upaya pelestarian penyu di Indonesia. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.