Laporan Linda Mandasari
RIAUONLINE, PEKANBARU-Musik merupakan milik setiap insan yang dapat menimbulkan berbagai interpretasi puitis bagi pendengarnya.
Kedudukan manusia musik berkembang sesuai perkembangan zaman, gazhal merupakan musik Melayu dengan gaya Hindustan yang disebut sebagai musik gamat adapun alat musik yang dipakai adalah alat musik hindustan.
Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Riau, Musik Melayu Ghazal Riau, simak ulasannya berikut ini.
Dalam mengembangkan musik Melayu ghazal masyarakat berupaya menggali seni dan budaya hingga tidak dapat dipisahkan dari upaya pelestariannya.
Asal usul musik Melayu ghazal
Ghazal berasal dari bahasa Arab, yang berarti keganjilan. Berkaitan dengan komposisi musiknya, pada kenyataannya memang banyak hitung-hitungan yang jatuh temponya ganjil.
Mungkin karena ganjil inilah maka musik ghazal tetap menjadi misteri yang harus tetap digali kekayaan dan keunikannya.
Menurut mohd kementerian kebudayaan belia pada tahun 1978, ia mengungkapkan salah seorang tokoh ghazal yang amat populer di Johor Malaysia yaitu Pak Lomak, ia merupakan seorang tokoh yang digelar sebagai bapak Ghazali Melayu Johor atau pendeta gazal Melayu Johor.
Justru perbincangan tentang perkembangan musik Dajjal Johor tidak lengkap sekiranya tidak dikaitkan dengan nama Pak Lomak.
Sebenarnya sumbangan Pak Lomak dalam pembangunan negeri Johor tidak terbatas dalam perkembangan seni musik gajah semata-mata. Beliau juga adalah seorang pegawai tentara yang berdedikasi dalam pasukan Askar negeri Johor yang berpangkat Letnan Kolonel di bawah pimpinan seri paduka Baginda Sultan Ibrahim.
Perkembangan musik Melayu Ghazal
Riau, Musik Melayu Ghazal Riau selanjutnya adalah perkembangan musik Melayu ghazal. Proses perkembangan yang berkesinambungan dari zaman ke zaman artinya sebagai suatu proses yang senantiasa menyebabkan atau mengalami perubahan.
Masyarakat melayu di desa pulau penyengat memandang dunia ini dengan konsep ideal tentang perubahan. Sadar akan perubahan dan oleh sebab itu perlu pula perubahan seperti yang diungkapkan oleh ginandjar Kartasasmita mengemukakan konsep tentang perubahan bahwa perombakan budaya yang ingin dilakukan tidak perlu bersifat total, bahkan ada nilai-nilai yang ingin dipertahankan dan yang diyakini tidak lekang karena panas atau lapuk karena hujan.
Dalam hal ini masyarakat melayu di Desa Pulau Penyengat mengetahui tentang nilai-nilai yang tidak lekang, perhatikan nya jelaslah bahwa masyarakat tersebut dapat menilai tentang perubahan dan membuat kesadaran yang mana bisa dan harus diubah dan mana yang tidak boleh dirubah.
Dapat kita sadari juga bahwa dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan musik Melayu Ghazali Desa Pulau Penyengat berada dalam pertumbuhan yang sangat cemerlang, karena pada saat sekarang musik Melayu gagal tersebut perlu diperhatikan dan dipenuhi oleh masyarakat pendukungnya.
Fungsi dan guna musik Melayu Ghazal
Musik mempunyai daya yang besar sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi para pendengarnya.
Fungsi hiburan
Pada setiap masyarakat dunia musik berfungsi sebagai alat hiburan
Fungsi kenikmatan estetis
Dalam menanggapi musik bukanlah hal yang mudah karena mengandung pandangan pada creator dan yang merenungkan atau menciptakan dan jika hal itu memang dipertimbangkan sebagai fungsi musik yang utama, maka harus dapat didemonstrasikan pada budaya lain.
Fungsi komunikasi
Untuk menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Hal ini dapat dirasakan semakin dalam pemahaman dan penghayatan pemain terhadap syair-syair yang dibawakan semakin banyak ajaran yang dikuasai dan semakin tinggi ketakwaan kepada Allah.
Kegunaan musik Melayu ghazal bisa menjadi dua bagian dalam masyarakat melayu di Desa Pulau Penyengat yaitu upacara adat dan agama
Adat
Acara pernikahan, sunatan, penyambutan tamu seperti gubernur, bupati dan lain-lain.
Agama
Acara besar Islam seperti memeriahkan hari nuzul Alquran dan untuk menyambut maulid Nabi Muhammad SAW.
Sekian informasi mengenai Riau, Musik Melayu Ghazal Riau. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.
Sumber : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni