NasDem Riau Datangkan Tiga Elit Politik, Bagaimana Nasib Kader Asli?

Tito-Handoko.jpg
(Hasbullah)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pengamat politik, Tito Handoko menilai merapatnya tiga elit politik Riau, Irwan Nasir, Yopie Arianto dan Annas Maamun ke Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dilatarbelakangi pencarian suaka politik pasca ketiganya tak lagi menjadi kekuatan utama di partainya.

"Di satu sisi ini bisa jadi upaya mencari suaka politik dan pada sisi lain ya mencari panggung baru lah. Karena mungkin di panggung lama sudah tidak memungkinkan untuk main lagi," ujar Tito Handoko, Jumat, 15 Oktober 2021.

Menurutnya, ketiga tokoh ini memiliki power dan resource yang kuat termasuk dana dan jaringan, hampir tidak mungkin mereka bergabung tanpa deal politik dengan Nasdem. Salah satu yang paling mungkin menurut Tito adalah posisi vital di Nasdem.

"Masuknya para elit ini tentu ada jaminan posisi yang tidak main-main. Tidak mungkin merangkak dari bawah," tambah Tito.

Lebih jauh Doktor Ilmu Politik ini menilai, bergabungnya tiga kekuatan politik ini adalah langkah positif bagi Nasdem dalam konteks meningkatkan daya tawar partai.



Namun di sisi lain, hal ini juga mungkin memiliki impact negatif dengan kemunculan gejolak internal dari kader yang memulai karirnya dari bawah.

"Ini konsekuensi dari sistem kepartaian kita yang lebih mengedepankan sistem catch all party. Tidak salah, tapi dalam konteks pelembagaan partai di tingkat lokal maupun nasional ini akan mempengaruhi khususnya kader yang telah bertungkus lumus dari bawah," papar Tito.

Menurutnya hal ini bisa membuat Nasdem kesulitan membangun massa dari grassroot level lewat sistem kaderisasi.

"Keinginan seseorang berpartai tentu dipengaruhi seberapa besar peluangnya untuk berkembang. Apa ini semua kepentingan atau ada soal kaderisasi," ungkap Tito.

Selaku pengamat, Tito menilai sistem catch all ini tidak salah karena pada satu sisi membuka diri terhadap semua tokoh yang ingin berpartisipasi di politik meski bukan kader. Di sisi lain, partai juga bisa kesulitan memiliki kader militan karena tidak dibina sejak mula.