Laporan: HARISEP ARNO PUTRA
RIAUONLINE, KAMPAR - Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto bersama rombongan mendatangi lokasi tiga murid SD yang viral saat bergelantungan menyebarangi sungai menuju ke sekolah. Video tersebut ramai diperbincangkan di dunia maya.
Rasa simpati warganet terus mengalir, banyak pula menyayangkan fenomena itu seharusnya tak terjadi di negeri kaya Provinsi Riau. Video yang memperlihatkan tiga murid SD harus bertaruh nyawa itu membuat sejumlah petinggi di berekasi.
Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto mendatangi lokasi untuk memastikan kebenaran video viral itu. Didampingi Kadis PUR PR Afdal dan Kepala Bappeda Ir Azwan,MM dan Camat Kampar Kiri Nurjanis, Sugeng langsung menuju lokasi di Sungai Siantan Desa Kuntu Darussalam Kecamatan Kampar Kiri, jum'at (11/6/21).
Sesampai di lokasi, orang nomor satu di kampar itu menggeleng kepala sambil berkata.
"Sudah saya duga pasti tidak seperti yang diberitakan di media sosial yang mengatakan hal ini kelalaian pemerintah daerah kampar serta juga bukan kemirisan yang dirasakan masyarakat Kuntu Darussalam," katanya.
Warga setempat Datuk Rajo batuah yang melihat dan mengetahui langsung kejadian itu menyebutkan, tiga bocah dalam video berdurasi 29 detik tiga bocah bernama Dermi Zibua (11) tahun kelas III, Marpin (8) tajun kelas I dan Jerini Sarona Zibua kelas I dengan orang tua Eli yudi Baruhu. Mereka merupakan anak para pekerja kebun sawit, bukan masyarakat tempatan yang tidak jauh dari lokasi penyeberangan.
Jumlah anak-anak sekolah yang melewati penyebrangan itu juga tidak banyak. Mereka pekerja yang Tidak menetap asal Nias.
"Untuk diketahui bahwa keranjang yang digunakan untuk menyeberang oleh tiga bocah tersebut merupakan keranjang untuk mengangkut buah sawit ke seberang sungai. Data yang saya tahu saat ini, ada sekitar 20 orang yang tinggal di sana, Sementara anak-anak yang sekolah ada sekitar tujuh anak, lima SD dan 2 diantaranya pelajar SMP," ujarnya.
Hal senada juga dijelaskan tokoh masyarakat sekaligus Ninik Mamak Herizal, sungai tersebut merupakan sungai kecil dan tidak dalam. Bahkan saat kemarau seperti saat ini, sepeda motor dan pejalan kaki bisa melewati sungai tersebut di banyak titik.
"Kalau musim hujan dan air dalam, mereka tidak lewat sana, biasanya orang tua mereka yang antar ke sekolah, nampak ada batu-batu di dasar sungai, sepeda motorpun dapat lewat sungai itu,"kata herizal.
Penyeberangan buah sawit yang digunakan bocah itu bukan akses satu-satunya, tapi ada akses jalan dan jembatan agak memutar lebih kurang 10 KM dari kejadian bagi anak-anak yang tinggal di perkebunan sawit untuk pergi sekolah.
Dia menilai, Video itu sengaja direkam untuk bersenang-senang, karena kondisi anak-anak itu pulang sekolah. Sementara ''caption'' atau narasinya, didramatisir.
Sekali lagi video itu tidak sama persis dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun pemilik perkebunan itu ada beberapa orang dan merupakan pengusaha bermarga Tionghoa. Ada beberapa orang pemilik, bukan perusahaan. (HARISEP ARNO PUTRA)