(laras)
Senin, 21 Desember 2020 21:20 WIB
(laras)
RIAUONLINE, PEKANBARU - Perempuan dengan jilbab lebar berwana biru muda itu biasa disapa Tari. Pembawaannya tenang. Sembari mengumbar senyum, ia bercerita tentang Yayasan Rumah Kucing Pekanbaru, dimana ia dipercaya sebagai bendahara di sana.
Yayasan Rumah Kucing Pekanbaru sendiri sudah ada sejak Januari 2016 yang awalnya hanya sebuah komunitas bagi pecinta kucing. Pada September 2020 karena berbagai pertimbangan, Rumah Kucing Pekanbaru tidak lagi hanya bernaung sebagai komunitas, tapi juga sudah resmi menjadi sebuah yayasan.
Hingga kini, Yayasan Rumah Kucing Pekanbaru sudah ada di lima selter atau di lima lokasi dengan total keseluruhan kucingnya ada 200 ekor. Tari bercerita, rata-rata kucing yang dibawa ke selter adalah kucing dalam kondisi tidak baik.
“Kalau kondisinya dalam keadaan baik, mengingat biaya, kami nggak bawa. Hanya saja, kami beri makan di lokasi dimana banyak kucing di sana,” katanya sembari membetulkan duduknya.
Sembari bercerita, Tari mengenalkan salah satu kucing yang dipelihara di Yayasan Rumah Kucing Pekanbaru. Namanya Belang. Usianya sudah sekitar empat tahunan. Belang ini ditemukan dalam kondisi hamil dan terkena tembakN senapan angin. Jadi di 2017 lalu, malam hari, di teras salah satu toko, ada beberapa kucing yang sedang bermain-main.
Kucing-kucing ini tidak mengganggu siapapun, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti, lalu kemudian menembakkan senapan angin ke arah kucing-kucing ini. Beberapa kucing tidak bisa diselamatkan, dua kucing dibawa ke dokter. Dua kucing ini diberi nama Rio dan Belang.
“Tapi ternyata Rio tidak bisa bertahan lama,” ucap Tari sedih.
Belang sendiri dapat selamat, tetapi anak-anak kucing di dalam kandungannya tidak bisa terselamatkan. Saat dibawa ke dokter kala itu, Belang harus dioperasi dan sempat koma selama dua bulanan.
“Alhamdulillah Belang bisa survive, walau kalau jalan agak oleng karna pelurunya nembus dari kanan ke kiri,” katanya.
Selain Belang, Tari bercerita, kucing pertama di Yayasan Rumah Kucing terkhusus selter milik Mia, bernama Tama.
*
Yayasan Rumah Kucing sendiri menghabiskan enam hingga tujuh juta perbulannya. Uang ini didapatkan, salah satunya dari hasil donasi yang diberikan para pecinta kucing kepada Yayasan Rumah Kucing Pekanbaru.
“Iya, kita open donasi untuk membantu mememlihara kucing-kucing ini,” ujarnya.
Lama berkecimpung di Yayasan Rumah Kucing membuat Tari belajar banyak hal. Berbagai macam juga kondisi kucing yang ditemui Tari saat kucing-kucing itu dibawa ke selter. Ada yang kepalanya hampir putus karena diikat pakai karet. Ada yang korban tabrakan.
“Macam-macam deh kondisinya. Dan untuk dibawa ke klinik itu juga membutuhkan dana yang besar.”
Karena keterbatasan dana dan waktu, tidak semua kucing bisa dibawa ke selter. Kucing yang dibawa ke selter hanya kucing-kucing yang mengalami atau berada dalam kondisi tidak baik. Setelah kucing-kucing itu dibawa ke seltar, maka akan di resque dan diberi perawatan/penyembuhan.
Sembari membetulkan duduknya, Tari kembali melanjutkan cerita. Setelah kucing-kucing itu diberi perawatan dan penyembuhan, maka akan di sterilkan. Tujuan penyeterilan ini agar kucing-kucing di selter ini tidak terlalu berambisi untuk bercinta.
“Tentu saja ini lebih sehat, apalagi kondisi kucingnya sedang tidak sehat,” jelas Tari.
Baca Juga
Setelah kucing-kucing ini disterilakn, maka akan dicarikan para adopternya. Hanya saja, jarang kucing-kucing ini ada yang mau mengadopsi dikarenakan jenisnya hanya kucing kampung dan konidisinya bukan kondisi kucing yang sehat.
Kedepannya, Tari berharap agar Yayasan Rumah Kucing bisa lebih baik lagi dari segala hal agar bisa menyelamatkan lebih banyak kucing lagi. Tari juga berharap agar masyarakat yang tidak menyukai kucing, tidak perlu juga untuk menganiaya kucing tersebut.
“Kasihan kalau di aniaya,” pungkasnya.