Fungsi Keluarga untuk Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19

Afrida-Wilasmi.jpg
(istimewa)

Oleh : AFRIDA WILASMI, S.Pd.,AUD
Guru TK ISLAM BINA MANDIRI, KUANTAN SINGINGI

RIAU ONLINE, PEKANBARU-KELUARGA bukan sekadar keberadaan bapak, ibu, dan anak-anak. Keluarga adalah jembatan bagi keberlangsungan hidup manusia di bumi. Lihatlah wajah anak-anak kita. Wajah yang sesungguhnya cerminan dari identitas diri kita yang sesungguhnya, bahkan gambaran wajah peradaban kita di masa yang akan datang.

Anak-anak merupakan bagian dari peradaban hari ini dan akan menentukan peradaban di masa yang akan datang. Bagaimana peradaban yang akan datang ditentukan oleh baik-buruknya kualitas generasi sekarang.

Sejarah mencatat, pemimpin sejati dan orang-orang baik yang mengukir zaman tidaklah muncul secara instan. Ia bermula dari satu kelompok kecil dari tatanan kehidupan masyarakat yang bernama keluarga. Di dalam keluarga itulah peran pendidikan dari kedua orangtua bermula. Di situ pulalah aplikasi nilai-nilai agama mulai tertanam di jiwa. Maka, menikah atau berkeluarga disebut sebagai realisasi setengah agama.




Saat ini nilai-nilai dan fungsi keluarga mulai kabur dan terbiarkan. Kemerosotan akhlak dikalangan pelajar dan pejabat tidak lepas dari masalah keluarga. Maraknya perselingkuhan dan perceraian, adanya kekerasan dalam rumah tangga, jelas merupakan masalah keluarga. Oleh sebab itu, kita patut kembali berbicara urgensinya revitalisasi fungsi keluarga. Membangun kembali paradigma nilai dan makna keberadaan sebuah keluarga. Serta mengingatkan kembali betapa pentingnya kualitas hubungan emosi antaranggota keluarga.

Menurut penelitian Prof Riaz Hassan, bahwa, kualitas hubungan dalam keluarga memainkan peran sangat penting dan menentukan dalam transmisi religiositas antargenerasi. Oleh sebab itu, revitalisasi fungsi pendidikan dalam keluarga sangat penting dilakukan. Selama ini, paradigma keberlangsungan hidup suatu keluarga selalu diukur dengan tercukupinya kebutuhan materi saja. Sejak lama konsep sesat tentang keluarga menyelimuti kita, bahwa keluarga yang sejahtera adalah terpenuhinya kebutuhan pangan (makanan), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Padahal, terjaminnya pendidikan agama, tertanamnya akidah, tercukupinya kasih sayang, terjalinnya komunikasi, tersedianya waktu berbagi, dan kehadiran setiap anggota keluarga untuk bersama membagi rasa dan asa sangat penting memainkan peran untuk keberlangsungan sebuah keluarga.

Cinta terhadap keluarga akan mampu memotivasi kita untuk bekerja menghasilkan nafkah. Tetapi sibuk bekerja untuk mencari nafkah belum tentu mampu melahirkan cinta di masing-masing anggota keluarga. Sebab makna cinta kadangkala diukur dari waktu dan keberadaan kita di antara orang-orang yang kita cintai. Terutama untuk anak-anak kita.

Betapa pentingnya nilai keluarga di tengah kehidupan kita, tidak heran ajaran Islam sangat memberi perhatian. Dalam Islam, ada beberapa alasan mengapa kita perlu kembali memahami dan memaknai arti sebuah keluarga.

PERTAMA, karena Allah SWT memerintahkan kita untuk menjaga keluarga agar selamat di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (QS At Tahrim: 6).

Syaikh Abdurrahman As Sa'di menjelaskan tentang makna ayat tersebut dengan mengatakan: "Hendaknya manusia menjaga dirinya dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta membentengi anaknya dengan mendidiknya, mengajarinya syari'at Islam, dan memaksa mereka agar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena tak mungkin manusia menjadi baik, melainkan bila dirinya baik" (Taisir al Karimir Rahman 1/874).

KEDUA, karena anggota keluarga seperti istri dan anak-anak apabila tidak dijaga ia akan menjadi musuh di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka" (QS At Tagabun: 14).

KETIGA, harta yang kita miliki dan anak yang diamanahi oleh Allah SWT adalah fitnah (cobaan) di dunia (lihat QS At Tagabun: 15).

KEEMPAT, adanya anjuran agar kita khawatir dan takut apabila meninggalkan anak-anak atau keturunan dalam kondisi lemah. Terlebih lagi lemah akidah, ibadah, dan ahlaknya (lihat QS An Nisa: 9).

KELIMA, karena kecintaan dalam pandangan manusia terhadap wanita dan anak-anak (keluarga) merupakan bagian penciptaan fitrah manusia yang yang harus dijaga (lihat QS Ali Iman: 14).

KEENAM, kepemimpinan dalam keluarga akan diminta pertanggung-jawabannya oleh Allah SWT (disebutkan dalam HR Al Bukhari).

Oleh sebab itu, mari "kita beli masa depan keluarga yang baik dengan harga hari ini". Kita ajarkan keluarga dengan nilai-nilai kebaikan sejak dini untuk kebahagiaan di hari tua dan setelah kita mati nanti.

Di masa pandemi Covid-19 saat ini, di mana anak-anak lebih dituntut banyak aktifitasnya di rumah dan bersama orang tua (keluarga), adalah waktu terbaik untuk membuktikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak, terutama di usia dini. Menjalin hubungan emosional yang lebih intens. Memberi porsi waktu yang cukup bersama anak-anak, sehingga pendidikan dan kasih sayang mereka butuhkan tercukupi. Demikian. Wallahu A'lam.