Hingga Mei, Ada 18 Ton Limbah Infeksius Covid-19 di Riau, Dibuang Kemana?/Limbah medis berserakan di TPA/istimewa
(istimewa)
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Hingga Mei 2020, limbah medis rumah sakit di Riau melonka tajam. Pandemi corona bikin limbah medis mencapai angka 18 Ton per Mei 2020.
Sejak Pandemi Covid-19 di Provinsi Riau, pada awal bulan Maret 2020 lalu, hingga saat ini. Sampah medis bekas penggunaan penanganan pasien diseluruh Kabupaten dan Kota di Riau, telah ditangani secara baik.
Dalam penanganan limbah medis Covid-19 di Riau ini, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, Ahad 28 Juni 2020 mengatakan, yang mengurus nya adalah pihak ketiga.
Mimi mencontohkan, untuk sampah medis di RS Awal Bros. Pihak ketiga yang mengurus nya adalah PT Langit Biru.
''Langit biru ini merupakan anak perusahaan RS Awal Bros, lebih tepatnya merupakan transporter,'' kata Mimi.
Artinya, sebut Mimi, kebijakan pemusnahan sampah medis Covid-19 ini ada di majemen rumah sakit nya.
Namun, meski begitu, setiap sampah medis Covid-19 di Riau, diharuskan selalu dibuang ke luar Riau.
''Setahu saya, sesuai aturan sampah medis selalu dibuang ke Jakarta. Karena sesuai kesepakatan, disana (Jakarta, red) yang ada tempat pemusnahannya,'' ungkap Mimi.
Sedangkan, untuk sampah di rumah sakit lain, seperti contoh di RSUD Arifin Achmad, sama halnya dengan dirumah sakit lain.
''Prosesnya sama, kalau di RSUD AA, coba tanya langsung direkturnya. Saya rasa sama, mereka juga pakai pihak ketiga dan harus dibuang keluar Riau,'' sebut Mimi.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, M Murod, di posko Gugus Tugas Provinsi Riau, di pada bulan Mei 2020 lalu, sebanyak 18 ton limbah infeksius telah dimusnahkan.
Dari hitung-hitungan pihaknya, untuk limbah infeksius dari 48 rumah sakit rujukan Covid-19 di Riau mengalami peningkatan yang signifikan.
Murod memaparkan, awalnya hanya tiga ton di bulan Maret per bulan. Kemudian, ada peningkatan menjadi delapan ton di bulan April, dan 18 ton di bulan Mei.
''Itu total yang sudah dimusnahkan,'' kata Murod dilansir dari Riau.go.id
Dari limbah infeksius yang termasuk limbah B3 ini, menurut Murod, peningkatannya tidak hanya berasal dari rumah sakit saja, tetapi juga dari masker sekali pakai yang digunakan oleh masyarakat.
Artinya, masker yang sekali pakai ini juga termasuk limbah infeksius. Sehingga menjadi banyak, digabung sampah dari rumah sakit dan bekas masyarakat.
''Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker, limbah infeksius juga tentunya akan meningkat,'' ujarnya.