Sudah Terpinggirkan, Tahun Ini, BBI Teso di Kuansing Juga Tak Dapat Dana Apapun/Balai Benih Ikan (BBI) Teso Kuansing/Riau Online
(Riau Online)
RIAU ONLINE, TELUK KUANTAN - Meskipun kondisinya memprihatinkan, namun Pemerintah Daerah kurang memperhatikan Balai Benih Ikan (BBI) dan Pelatihan Perikanan Teso di Desa Marwasah, Kecamatan Sentajo Raya, Kabupaten Kuansing.
Tahun ini dapat dipastikan tidak ada kucuran anggaran untuk perbaikan maupun perawatan di BBI Teso di desa Marsawah. BBI yang menjadi aset Pemda ini sempat ditinjau anggota Komisi II DPRD Kuansing belum lama ini.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kuansing, Zafnil mengaku tahun ini tidak ada anggaran untuk perbaikan maupun perawatan untuk BBI Teso. "Tahun ini tidak ada," ujar Zafnil singkat, Minggu lalu.
Sebelumnya, Kepala UPT BBI dan Pelatihan Perikanan Teso, Jasrizal mengaku, kolam di BBI sudah banyak mengalami kerusakan seperti kolam banyak bocor, saluran banyak yang patah, dan ada yang jebol karena longsor.
"Belum bisa banyak produksi, karena kondisi kolam banyak yang rusak," kata Dia, Selasa, 16 Juni 2020 lalu.
Jasrizal yang baru saja beberapa bulan dilantik menjadi Kepala UPT BBI dan Pelatihan Perikanan Teso di desa Marwasah, Kecamatan Sentajo Raya ini mengaku kondisi kolam dan bangunan perlu banyak dapat perbaikan. "Sekarang BBI hanya bisa produksi bibit ikan Nila saja," katanya.
Dikatakannya, dengan kondisi kolam banyak yang rusak, produksi satu bulan hanya mampu 8-12 ribu benih ikan setiap bulan. "Jadi produksi tidak menentu, ditambah kondisi kolam banyak rusak," katanya.
Selain itu, katanya, minimnya produksi benih ikan di BBI Teso juga disebabkan adanya aktivitas penambagan emas tanpa izin didaerah ujung waduk BBI Teso menyebabkan air kolam menjadi keruh.
BBI Teso memiliki luas lebih kurang tiga hektar, dengan kondisi ada kolam besar, sedang dan kecil dan kolam pendederan yang berfungsi untuk memelihara benih.
Kemudian, minimnya jumlah indukan saat ini juga berpengaruh terhadap produksi bibit ikan. "Jumlah indukan sekarang hanya sekitar 500 ekor, itu pun hanya indukan Nila," katanya.
Sementara untuk patin, disampaikan Jasrizal, kondisi bangunan tempat pembenihan bibit patin tidak bisa dipakai lagi, karena kondisinya sudah rusak. "Tempat etri pembenihan patin nggak bisa dipakai, baknya banyak bocor," katanya.