(Riau Online)
Rabu, 13 Mei 2020 15:59 WIB
Editor: Joseph Ginting
(Riau Online)
RIAU ONLINE, JAKARTA-Operasi hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Provinsi Riau mulai berlangsung pada Rabu 13 Mei 2020 seiring kedatangan pesawat Casa dari Skadron Udara 4 Malang, Jawa Timur ke Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.
Selain itu, sebanyak 20 ton garam telah disiapkan di Posko TMC Lanud Roesmin Nurjadin untuk pelaksanaan operasi TMC selama 15 hari kedepan.
“Pesawat baru didatangkan kemarin dari Skuadron Udara 4 Malang, tipe Casa 212 reg A-2107. Sehingga pelaksanaan akan dimulai segera,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT), Tri Handoko Seto.
Menurut Tri Handoko Seto, operasi TMC di Provinsi Riau merupakan kelanjutan operasi sebelumnya yang telah dilaksanakan pada 11 Maret- 2 April 2020 lalu. “Saat ini Posko Pekanbaru menjangkau hingga Provinsi Jambi selama 15 hari mendatang,” ujarnya.
Baca Juga
Faisal Sunarto, koordinator lapangan Posko TMC Pekanbaru mengatakan wilayah rawan sepanjang Pesisir Timur Riau hingga Jambi menjadi target TMC kali ini. “Potensi awan di wilayah Riau dan Jambi dalam dua minggu kedepan cukup baik untuk dilaksanakan penyemaian,” ujarnya.
Posko TMC Pekanbaru dipusatkan di Lanud Roesmin Nurjadin. Tim TMC diperkuat oleh 6 staf BBTMC termasuk Korlap dan Flight Scientist ditambah pilot dan co pilot. Sementara untuk bahan semai, kata Faisal, telah dipasok sekitar 20 ton garam NaCL guna kebutuhan selama operasi TMC berlangsung.
Yudi Anantasena, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, BPPT mengatakan pada operasi sebelumnya, tim TMC mampu meredam hotspot di Provinsi Riau. ”Pada Maret hingga awal April, dilaporkan hampir setiap hari terjadi hujan. Hotspot turun hingga sempat 0 titik,” ujarnya.
Selain menurunkan jumlah hotspot, operasi TMC di Riau dan Jambi, kata Yudi Anantasena, ditargetkan membasahi lahan-lahan gambut di musim kemarau, dengan mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal guna mencegah lahan gambut tersebut terbakar.
Data BBTMC mencatat, operasi TMC 11 Maret- 2 April lalu, menghasilkan air hujan capai 97.8 Juta m3, dan akumulasi rata-rata curah hujan aktual selama periode TMC sebesar 227,2 mm.
Sementara itu, lanjut Yudi, pelaksanaan TMC Karhutla di Sumsel direncanakan dimulai akhir Mei 2020.
Terkait pencegahan pandemic Covid-19, Jon Arifian, Kepala Bagian Umum BBTMC menjelaskan operasional TMC di lapangan juga harus mengacu pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan. “Kami mengacu pada SE Kepala BPPT No.1/2020 yang diperbaharui SE No.2/2020. Intinya semua tim harus dilengkapi alat pelindung diri saat bertugas. Juga penyediaan sanitizer yang cukup dan dilakukan penyemprotan desinfektan secara rutin di lokasi bertugas,” paparnya.