RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kabid Pengembangan Usaha Kelapa Sawit dan Penyuluhan Dinas Perkebunan Riau, Sri Ambar Kusumawati menjelaskan alasan kenapa naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) di level global.
Menurut Ambar, kenaikan ini cukup signifikan dibanding tahun 2019, dimana pada Februari 2019 lalu harga CPO anjlok di angka USD 470, sedangkan di Januari 2020 ini mencapai USD 713.
Dalam talkshow Suara Mahasiswa yang ditaja oleh BEM UR bekerjasama dengan Riau Online dan Bharabas FM di Mocarabica caffe, Sabtu, 25 Januari 2020, Ambar mengatakan jika dirupiahkan harga sawit sekarang mencapai Rp 2200/TBS.
Kenaikan harga sawit disampaikan Ambar dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal sendiri tidak terlepas dari kebijakan produksi B-30 sebagai bahan bakar kendaraan.
"Bio diesel itu merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah sawit sebagai bentuk hilirisasi. Sawit kita kan kena black campaign. Jadi pemakaian dalam negeri harus ditingkatkan, pencampuran untuk bio diesel, sekarang sudah mulai ditingkatkan," kata Ambar.
Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan supply and demand di pasar global, dimana saat ini supply CPO menurun karena beberapa negara menggesa kebijakan replanting sawit yang berdampak pada menurunnya produktivitas kelapa sawit.
"Kalau masalah produktifitas itu, Indonesia dan Malaysia kan sedang replanting, kalau tak replanting pun, produktivitas akan tetap menurun karena pohonnya sudah tua, ini juga berpengaruh pada menguranginya stok di global," tuturnya.
Terkait replanting ini, Disbun menegaskan pihaknya sudah mendorong supaya replanting ini bisa digesa terlebih pemerintah sudah menganggarkan bantuan biaya untuk keperluan replanting.
"Ada anggarannya 25 juta perhektar , maksimal satu petani 4 hektar. Jadi satu petani maksimal dapat 100 juta untuk replanting ini. Syaratnya harus diajukan dalam bentuk kelompok tani, legalitas tanah harus SHM dan atas nama penerima bantuan," pungkasnya.
Disamping itu, Disbun juga sedang mengedukasi petani sawit agar bisa memaksimalkan kebunnya sehingga buah yang dihasilkan bisa meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
"Kita berupaya meningkatkan kinerja petani dengan memberi pelatihan bagaimana berbudidaya kebun kelapa sawit yang benar, memelihara kebun, pengetahuan seputar penumpukan, pemanenan buah segar dan lainnya," kata Ambar.
Upgrade kemampuan bagi petani kelapa sawit, jelas Embar merupakan hal yang penting disamping pihaknya terus memperjuangkan fasilitas distribusi kelapa sawit.
"Disbun juga sudah meningkatan sarana jalan produksi. Karena kalau jalan rusak, sawit kan harus dilansir, tentu menambah cost distribusi lagi," ujar Ambar.