RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anggota komisi VII DPR RI yang membidangi Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Abdul Wahid, mengakui memang saat ini Target produksi minyak bumi siap jual (lifting) Riau turun dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut menurut Wahid dikarenakan masa transisi peralihan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina.
Dengan begitu, Wahid yang juga mantan anggota komisi IV DPRD Riau membidangi ESDM menilai hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa.
"Memang begitu, tapi kan kita ada main leader baru, Pertamina. Selama ini kita tahu mereka punya track record mengurus minyak," kata ketua DPW PKB Riau ini, Selasa, 5 November 2019.
Memang berdasarkan aturan, Pertamina akan mempunyai setidaknya 60 persen lahan yang akan dikelolanya. Sebab dari 100 persen lahan Blok Rokan akan ada lagi pembagian.
Dari 100 persen, 10 persennya sudah dipastikan akan dikelola Pemda melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan 30 persen lagi Pertamina boleh menyerahkan ke pihak ketiga sebagai partner bisnis.
"Pertamina misalnya punya 60 persen, tentu dia lebih dominan mengelola. Negara pasti akan cenderung memaksimalkan lifting ini, supaya bisa jadi penerimaan negara," tuturnya.
Terkait target lifting yang terus menurun, Wahid bisa memaklumi karena Chevron sendiri tidak mungkin berinvestasi besar mengingat masa kerjanya yang hanya tersisa dua tahun lagi.
"Memang mereka kan mau habis masa kontraknya, tentu dia tidak maksimal lagi. Sekarang ini normatif saja. Blok rokan itu masih produktif tapi harus ada teknologi lagi, ada teknologi injeksi. Untuk membeli teknologi ini kan perlu investasi lagi, tak mungkin Chevron investasi lagi," tutupnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas ESDM, Indra Agus Lukma menyampaikan, target lifting tahun ini ditetapkan untuk sembilan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakukan kegiatan eksploitasi minyak bumi di Provinsi Riau, diantaranya PT Chevron, BOB, PHE Siak, PHE Kampar, Pertamina EMP, EMP Buntu, EMP Malacca dan SPR Langgak. Namun khususnya untuk EMP Buntu dan Malacca mengelola gas.
"Pada triwulan pertama tahun ini, lifting yang sudah masuk dari sembilan KKKS mencapai 19 juta barel. Tapi bisa saja nanti di triwulan II mencapai 20 juta barel lebih," katanya.
Indra melanjutkan, turunnya target lifting minyak bumi Riau sebagian besar juga dipengaruhi oleh produksi miyak PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang menurun menjelang peralihan Blok Rokan pada tahun 2021.
"Tahun 2019 ini, pihak Chevron ditargetkan 209.000 barel per hari, namun kenyataan baru terealisasi sekitar 194.000 barel per hari," ulasnya.