Syamsuar Dinilai Gagal Atasi Karhutla, BEM UNRI Temui Menteri LHK

Karhutla-Dumai.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/HASBULLAH TANJUNG)

Laporan: SIGIT EKA YUNANDA

RIAUONLINE, PEKANBARU - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (UNRI) menegaskan Gubernur Riau Syamsuar telah gagal menyelesaikan kasus Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Di mana sebelumnya Syamsuar dengan yakin mengatakan persoalan Karhutla bagian dari prioritas program 100 hari kerja Syamsuar-Edy yaitu Riau Hijau.

Menteri Lingkungan Hidup BEM UNRI, Hafiz Ona saat ditemui Riau Online pada Senin, 9 September 2019 menyebutkan apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini hanya memperbaiki masalah di hilir tapi abai dalam penyelesaian masalah di hulu sebagai akar masalah.

Ia menekankan bahwa upaya-upaya pemadaman oleh Satgas Karhutla atau meminimalisir kegiatan luar ruangan masih jauh dari sasaran penanganan kabut asap. Ia menekankan bahwa yang terpenting untuk pencegahan Karhutla adalah penindakan tegas kepada pelaku pembakaran hutan utamanya korporasi-korporasi.

Hafiz menyatakan bahwa Pemerintah acap kali lemah bila dihadapkan dengan korporasi-korporasi ini. Tidak jarang penyelidikan Karhutla yang melibatkan korporasi berhenti di tengah jalan tanpa keterangan yang jelas.



"Penegakan hukum ada (kepada korporasi) yang kena kasus kebakaran hutan, tapi tau-tau udah SP3 (Surat pemberitahuan penghentian penyidikan)," ujarnya.

Kondisi justru sering dialami oleh petani-petani kecil yang juga kerap melakukan merun atau membakar sisa-sisa lahan garapan langsung ditindak oleh petugas di lapangan.

Atas kondisi ini BEM UNRI lantas mengambil langkah taktis untuk bertemu dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia dan memberikan data-data terkait kebakaran hutan lahan ini.

Hafiz menyebut bahwa Presiden Mahasiswa, Syafrul Ardi tengah berada di Jakarta guna menemui KLHK. "Kami membawa data-data lahan terbakar yang kami kaji sendiri (untuk diberikan ke KLHK)," katanya.

Selain itu Hafiz juga berharap mahasiswa dan masyarakat secara luas dapat lebih aware terkait kebakaran ini sebab jika mahasiswa sudah mulai abai maka kebijakan-kebijakan seperti ini akan terus hadir.

"Pada 2015 semuanya turun(peduli -red) dan karhutla berhasil ditekan, pada 2016-2018 minim. Sekarang ketika semuanya sudah merasa ini sebagai kondisi biasa maka terjadi lagi. Mahasiswa harus lebih peduli dengan kebijakan-kebijakan pemerintah," tegas Hafiz.