Asian Pacific Rayon (APR) bersama dengan pemerintah, pelaku usaha, dan pelaku industri fashion berkomitmen untuk memajukan industri tekstil Indonesia melalui penggunaan bahan baku dalam negeri.
(sigit)
Laporan: SIGIT EKA YUNANDA
RIAUONLINE, PANGKALAN KERINCI - Asian Pacific Rayon (APR) bersama dengan pemerintah, pelaku usaha, dan pelaku industri fashion berkomitmen untuk memajukan industri tekstil Indonesia melalui penggunaan bahan baku dalam negeri.
Bertempat di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Riau. Jumat, 6 September 2019 beberapa pelaku industri tekstil bertemu. Hadir diantaranya Sekjend Kementrian Perindustrian Achmad Sigit, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Sekretaris Jenderal Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita, Direktur Asia Pacific Rayon (APR) Basrie Kamba, perwakilan desainer dalam Indonesia Fashion Chambers Yufie Safitri dan Iwan Toha Serta berbagai stakeholder lainnya.
Komitmen ini menandai reformasi sistem pengelolaan tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia yang selama ini terkesan bergerak sendiri-sendiri. "Sebetulnya pengelolaan tekstil di Indonesia cukup baik, hanya saja hulu dan hilir sering bergerak sendiri-sendiri. Mumpung hadir semua disini mudah-mudahan ada kesepahaman" ujar Ahmad Sigit.
Lebih Jauh ia menyebutkan bahwa industri tekstil sejatinya merupakan salah satu prioritas industri Indonesia 2020-2024. Ia menyebutkan bahwa trade war yang sedang terjadi antara Amerika dan Tiongkok harus disiasati sehingga dapat memberi keuntungan untuk Indonesia.
Saat ini Indonesia masih belum dapat berbicara banyak di kancah industri tekstil Internasional, saat ini Indonesia hanya memiliki market share 1,8% pasar tekstil internasional. Miris sebab Indonesia merupakan pasar tekstil yang sangat potensial. hingga kini pasar Indonesia masih dikuasai produk Impor mencapai 890 ribu ton kain impor berbanding 500 ribu ton garment ekspor. Angka ini belum lagi diperparah barang-barang yang masuk melalui jalur abu-abu yang tidak terdaftar.
Salah satu upaya peningkatan tersebut adalah menggunakan bahan baku tekstil dalam negeri salah satunya rayon atau viscose. Penggunaan bahan rayon sangat direkomendasikan sebab merupakan bahan alam sehingga dapat mensupport eco-fashion, dan Sustainable fashion. Melihat potensi hutan Indonesia bukan tidak mungkin Indonesia meningkatkan market share hingga 10% pasar tekstil internasional.
“Kami juga mendorong penggunaan bahan baku dalam negeri untuk industri tekstil, seperti serat rayon sebagai alternatif bahan baku selain kapas dan polyester sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor,” ujar Ahmad Sigit.
Hal ini sangat diapresiasi oleh pelaku-pelaku bisnis tekstil yang menyebutkan bahwa viscose rayon yang bersifat biodegradable dan harga produksi yang relatif rendah dapat menjadi salah satu motor industri tekstil Indonesia.
Kedepannya penggunaan rayon tidak hanya untuk industri pakaian sehari-hari namun juga produk-produk yang spesifik seperti pakaian olahraga ataupun medis.
Diakhir sesi para stakeholder menandatangani piagam multi stakeholder forum Optimalisasi Penggunaan Bahan Baku Dalam Negeri Untuk Industri TPT Indonesia yang dipimpin oleh Ahmad Sigit Mewakili kementrian Perindustrian.