WN Malaysia Diduga Putus Jalan Warga di Rupat, Ini Penjelasan Polda Riau

kombes-sunarto.jpg
(yan)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Sebuah video amatir yang merekam aksi puluhan warga memprotes pembuatan kanal yang menyebabkan putusnya jalan desa di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 3:49 detik itu, sang perekam mengatakan kejadian ini ada di Kelurahan Tanjung Kapal, Kecamatan Pulau Rupat Selatan, Kabupaten Bengkalis.

Warga terlihat memprotes pembuatan kanal yang diduga dilakukan warga negara Malaysia. Warga negara Malaysia itu, kata warga, merupakan pengusaha yang menguasai ribuan hektare perkebunan sawit di Pulau terluar Indonesia tersebut.

Keberadaan kanal itu, masih kata warga dalam video, dibuat semena-mena tanpa ada persetujuan masyarakat. Akibat pembuatan kanal, jalan desa menjadi terputus dan aktivitas masyarakat serta anak-anak untuk pergi ke sekolah pun tersendat.

Sisal, Lurah Tanjung Kapal dihubungi dari Pekanbaru belum bersedia menjelaskan permasalahan yang terjadi di wilayahnya itu. Dia menyebut sedang sibuk membuat laporan untuk Bupati Bengkalis.

"Benar, saya lagi buat laporan ke bupati. Nanti saja teleponnya," kata Sisal singkat seraya memutus sambungan telepon.



Zaini, warga setempat mengatakan bahwa kejadian itu berlangsung beberapa hari lalu. Dia menyebut kejadian ini sudah viral dan meminta pemerintah peduli terhadap nasib masyarakat di sana.

Zaini mengatakan kanal yang membelah jalan itu dibuat seorang warga negara asing asal Malaysia. Tanah itu dikuasai WNA tersebut sudah puluhan tahun.

Kabid Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto pun membenarkan video viral itu. Perwira polisi itu mengaku sudah berkomunikasi dengan Kapolres Bengkalis Ajun Komisaris Yusup Rahmanto terkait kejadian ini.

Akan tetapi, dia mengatakan jika permasalahan tersebut telah diselesaikan melalui rapat yang digelar oleh camat dan perangkat desa setempat.

"Menurut Kapolres, itu tanah punya warga Malaysia. Istrinya orang sana (Rupat)," kata Sunarto.

Sunarto juga mengatakan bahwa tidak ada pembuatan kanal baru di jalan yang sering dilintasi warga itu. Warga Malaysia tadi hanya menguras kanal karena semakin sempit dan airnya tidak lancar.

"Kanal itukan semakin lama semakin dangkal, jadi digali lagi," jelas Sunarto.

Sunarto menyatakan, pembersihan kanal ini tidak memutus jalan atau akses masyarakat. Jalan tetap ada tapi menjadi sempit karena materil hasil galian kanal di pinggirnya.

"Masyarakat masih bisa lewat jalan itu. Hal ini sudah diselesaikan pihak kecamatan di sana," sebut Sunarto. (**)