Sebelum Keduluan Investor, Pemprov Riau Harus Realisasikan Hilirisasi Kelapa Sawit

Petani-Dodos-Sawit.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/SAWIT WATCH)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Sekretaris komisi II DPRD Riau Mansyur HS mendorong Pemerintah Provinsi Riau untuk mengembangkan industri hilirisasi sawit sebelum keduluan investor.

Kata politisi PKS ini, sudah seharusnya Pemprov bergerak menuju hilirisasi karena Riau tidak boleh terlalu menggantungkan pendapatan dari sektor minyak dan gas serta CPO mentah.

"Konsumen yang di Eropa sana tentu akan mencari alternatif dan terobosan baru, tidak mungkin selamanya mereka bergantung kepada CPO kita," ujarnya, Jumat, 2 Agustus 2019.

Kalau sudah menemukan terobosan baru, tentu harga Cruth Palm Oil (CPO) dari Indonesia akan mengalami penurunan karena ada persaingan harga.

Diakui Mansyur, memang sudah sangat terlambat Riau untuk bergerak di bidang industri hilirisas, namun alangkah baiknya jika bisa dimulai dari sekarang dimana produksi sawit masih cukup tinggi di Riau.



"Saya tidak tahu apakah industri hilirisasi ini masuk ke RPJMD atau tidak, tapi saya harap Pemprov Riau segera realisasikan industri hilirisasi agar tidak keduluan investor, masa orang luar yang mendapat keuntungan dari sini," tutupnya.

Sebelumnya, kepala Bank Indonesia, Decymus, berharap agar ada kebijakan dari pemerintah untuk membuat industri hilirisasi dalam memaksimalkan potensi kelapa sawit di Riau dengan membuat produk turunan.

Pasalnya, dengan tidak menjanjikan lagi penjualan kelapa sawit mentah akibat kebijakan ekonomi dunia, maka Riau harus bisa membuat produk turunan kelapa sawit ketimbang menjual mentah.

Sebab, pemerintah tentu tidak bisa dengan mudah menghentikan produksi kelapa sawit karena masyarakat Riau sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari usaha perkebunan sawit.

Untuk membuat industri hilirisasi ini, tentu banyak yang harus dipersiapkan pemerintah, mulai dari Sumber Daya Manusia, listrik, transportasi, gudang dan sarana prasarana lainnya

"Kesulitan sawit ini kan di ekspornya, makanya kita harus mengelola sendiri, tidak menjual mentah lagi, sawit kita sudah terlalu banyak. Kita harus mengolahnya jadi minyak goreng, makanan, cokelat, dan lainnya," jelas Decymus.