Soal Penelitian Profesor Jepang, Tokoh Masyarakat Bengkalis: Ini Sebuah Peringatan

masdaruddin.jpg
(istimewa)

Laporan: ANDRIAS

RIAUONLINE, BENGKALIS - Profesor Koichi Yamamoto, peneliti dari Universitas Yamaguchi, Jepang mengatakan lajunya abrasi di Pulau Bengkalis hingga 40 meter pertahun mengakibatkan 'cikal bakal' pulau ini akan tenggelam.

Terkait hal ini, beragam tanggapan dari masyarakat tinggal di pulau yang berhadapan dengan Selat Malaka menjadi khawatir dan tidak bisa dibayangkan jika hal itu benar benar terjadi.

Tokoh Masyarakat Kabupaten Bengkalis, Masdaruddin menanggapi kekhawatiran warga yang tinggal di Pulau Bengkalis merupakan hal yang wajar. Menurutnya, hasil dari kajian ini adalah sebuah peringatan.

"Saya pikir tidak perlu dicemaskan, hanya sebuah peringatan agar kita lebih berhati hati mengola alam," kata Masdaruddin kepada RIAUONLINE.CO.ID, Senin 24 Juni 2019 pagi.



Pun demikian, Masdaruddin juga Ketua Nahdatul Ulama (NU) Kabupaten Bengkalis ini menilai bahwa sebuah kajian tentunya merupakan kebenaran ilmiah.

"Kebenaran yang harus kita terima. Dan bagi kita adalah sebuah peringatan untuk lebih arif dengan alam," terang Masdaruddin.

Selanjutnya, dikatakan Masdarudin. Seperti diketahui bahwa yang mengikat tanah adalah akar akar dari kayu, tentunya jangan dibiarkan lahan menjadi kosong dan seyogjanya ditanami dengan tanaman hutan yang bisa mengikat tanah tersebut.

"Kalau boleh berpendapat, menurut saya lahan lahan gambut dikembalikan kepada fungsi awalnya sebagai hutan dan biarlah dia menjadi hutan," tutur Ketua NU Bengkalis ini memberi pesan.

Bahkan tidak dipungkiri, lanjut Masdaruddin lagi. Abrasi yang terjadi di Pulau Bengklis sudah memasuki level sangat memprihatinkan.

"Sayapun pernah ketemu sama warga di Desa Papal yang hanya memegang surat tanah sedangkan tanahnya sudah hilang terkikis oleh abrasi," pungkasnya.