Harimau Sumatera Kembali Terkam Warga di Indragiri Hilir

Yanti-dan-Relokasi-Harimau-Sumatera.jpg
(GEOPIX ASIA)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Perseteruan si Raja Rimba Harimau Sumatera dan manusia di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau tak kunjung berakhir. Setelah Bonita, harimau betina dewasa yang menjadi perhatian publik pada 2018 lalu karena menghabisi tiga nyawa manusia kini kejadian sama terulang kembali.

Kepala Polres Indragiri Hilir AKBP Christian Rony Putra mengatakan insiden serangan harimau terhadap manusia kembali terulang di wilayah Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran. Akibatnya, korban bernama Amri meninggal dunia.

"Korban diduga meninggal dunia akibat diserang harimau di jalan Sekunder PT RIA," kata Rony, saat dihubugi, Jumat, 24 Mei 2019.

Ia menjelaskan korban yang merupakan karyawan perusahaan perkebunan PT RIA dan berusia 32 tahun itu ditemukan meninggal pada Kamis siang kemarin (23/5). Saat ditemukan, tubuh korban ditemukan penuh luka dan semakin menguatkan dugaan meninggal akibat serangan harimau.



Berdasarkan penyelidikan sementara polisi, terungkap jika sebelum meninggal korban bersama delapan temannya hendak melakukan kegiatan panen di areal perkebunan PT RIA Desa Tanjung Simpang.

Saat rekan-rekan yang lain telah kembali ke markas untuk beristirahat, korban justru tidak kunjung kembali. Rekan korban sempat menunggu korban selama setengah jam. Akan tetapi korban tak juga kembali.

Teman korban pun memutuskan melakukan pencarian. Karena tak kunjung menemukan hasil, pencarian melibatkan ekskavator. Satu jam kemudian pencarian membuahkan hasil.

Korban ditemukan diarea perkebunan Akasia Kanal Sekunder 41 PT RIA Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran.

"Dan disekitar lokasi dijumpai satu ekor harimau, tidak jauh dari lokasi tersebut ditemukan korban dalam keadaan tertelungkup dengan beberapa luka yang diduga akibat diterkam oleh satwa harimau," ujar Rony.

Korban kemudian dievakuasi dari areal perkebunan untuk dibawa ke rumah sakit serta dilakukan visum. Polisi menyatakan tengah berkoordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau terkait insiden tersebut. (**)