RIAUONLINE, PEKANBARU - Tidak tuntasnya Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menangani permasalahan banjir di tengah kota diberi kritikan kertas oleh pengamat perkotaan Pekanbaru Mardianto Manan.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Riau ini, malah mempertanyakan sejauh mana program smart city yang selama ini digembar-gemborkan oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus.
"Smart city katanya, apa yang smart city? smart itu pintar, city itu kota. apa indikator smart city nya?," kata Mardianto, Minggu, 28 April 2019.
Mardianto menyayangkan Wali Kota Pekanbaru Firdaus yang sudah menjabat dua periode namun belum bisa menuntaskan permasalahan banjir.
Padahal, menurutnya, Firdaus sudah pernah menjabat sebagai Kepala Dinas PU dan sudah menjalani pendidikan teknik.
"Terutama di kawasan rumah saya di Melati Indah Tampan, padahal itu kawasan tinggi tetapi masih juga terjadi banjir, berarti kan ilmu tekniknya tidak terpakai," ujar Mardianto.
Mardianto mengaku sudah beberapa kali mengkritik kinerja Firdaus, namun hingga saat ini masih saja terjadi banjir yang berakibat pada macetnya lalu lintas.
"Bayangkan saja ya, coba kita susuri jalan dari Flyover SKA, di simpang Ardath itu kan jalannya menanjak, logikanya masa area tinggi bisa tergenang air," jelasnya.
"Kalau sudah banjir itu banyak motor yang mogok, dan yang punya motor itu mayoritas kalangan menengah ke bawah, kalau orang kaya di dalam mobil," jelasnya lagi.
Tak hanya itu, banjir yang kerap melanda Pekanbaru juga mengakibatkan rusaknya jalan yang ada di beberapa ruas kota Pekanbaru mengalami rusak parah.
"Smart city tapi jalan di perkotaan bisa bolong-bolong, di kampung saya saja tidak sampai segitunya," tegasnya.
Di Singapura, tambah Mardianto, apabila terjadi banjir, maka pemerintah kota akan dituntut karena rakyatnya sudah bayar pajak mahal tapi fasilitas masih belum nyaman.