RIAUONLINE, PEKANBARU - Kota Pekanbaru pada Selasa pagi terpantau diselimuti jerebu atau asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Riau.
Kabut asap tampak jelas menutupi gedung-gedung tinggi di ibu kota provinsi Riau tersebut, terutama di kawasan padat penduduk Panam. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, terpantau sebanyak 34 titik panas sebagai indikasi awal Karhutla di Riau.
Seluruh titik panas dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen yang dideteksi satelit Terra dan Aqua itu menyebar di delapan kabupaten dan kota di Riau. Wilayah pesisir Riau masih tercatat sebagai penyumbang titik panas terbanyak. Di Bengkalis, terdeteksi sebanyak 8 titik panas, selanjutnya Meranti 6, Dumai dua titik dan Meranti satu titik. Di Indragiri Hilir terdeteksi enam titik panas dan Pelalawan lima titik.
"Titik panas juga terdeteksi di Kampar satu titik, Indragiri Hulu empat titik serta Rokan Hulu satu titik," kata staf analisa BMKG Pekanbaru, Bibin.
Dari seluruh titik panas tersebut, dia mengatakan 16 diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen. Titik api menyebar di Bengkalis lima, Meranti enam, Indragiri Hulu tiga titik dan Dumai serta Indragiri Hilir masing-masing satu titik.
Keberadaan titik-titik panas dan titik api sebagai indikator Karhutla itu diduga kuat menjadi penyumbang jerebu yang terjadi di Kota Pekanbaru hari ini. Meski terpantau jerebu, BMKG menyebut jarak pandang di kota bertuah itu masih dalam batas normal sekitar 7 kilometer.
Selain Pekanbaru BMKG menyatakan udara kabur juga terjadi di wilayah Pelalawan dan Dumai dengan jarak pandang berkisar lima kilometer.
Kabut asap atau jerebu yang melanda wilayah Riau bukan kali ini saja terjadi sepanjang 2019 ini. Pada medio Februari dan awal Maret lalu jerebu juga sempat melanda wilayah tersebut. (**)