Usai bernegosiasi dengan aparat keamanan, massa penjemput Neno Warisman menyatakan kepolisian tidak memberi izin Neno Warisman untuk keluar dari Bandara Sultan Syarif Kasim.
(Tanjung)
RIAUONLINE, PEKANBARU - Guna mencari tahu kejelasan terkait kebenaran persekusi Neno Warisman di Bandara Sultan Syarif Kasim II beberapa Waktu lalu, Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau menggelar konsolidasi tertutup dengan Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK) Riau, Jumat, 31 Agustus 2018.
Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup selama 3 jam yakni pukul 14.00 WIB hingga 17.00 ini, ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) Datuk Syahril Abubakar mengatakan pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dalam mendalami kasus yang mencoreng Marwah Melayu ini.
Untuk diketahui, sebelumnya LAMR juga sudah didatangi oleh Dr Diana Tabrani selaku saksi dalam peristiwa persekusi Neno Warisman karena Diana merupakan pemilik mobil sekaligus orang yang berada di dekat Neno Warisman saat persitiwa berlangsung.
"Tadi pagi kita sudah bertemu dengan panitia #2019GantiPresiden, kita juga sudah dengar penuturan dari puan Diana Tabrani, bersama dengan FPK kita ingin melakukan identifikasi masalah, kan banyak isu serta rumor yang berkembang saat ini," kata Datuk Syahril, Jumat, 31 Agustus 2018.
Selain itu, Datuk Syahril Abubakar jug mengatakan bahwa LAMR telah membentuk tim untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Bilamana ditemukan unsur pelanggaran hukum kita akan teruska ke aparat penegak hukum. Sementara jika ada permasalahan adatnya kita selesaikan secara adat," tuturnya.
Sementara itu, ketua FPK Riau, Makmur Hendrik menyebutkan bahwa LAM Riau dan FPK secara bersama-sama akan menjaga harkat dan martabat negeri ini agar tidak dinodai oleh sikap-sikap dan perbuatan yang bisa merusak harga diri Riau.
"Kita satu sikap dengan LAM Riau, kalau tidak selesai dengan adat maka kita akan menyelesaikan dengan hukum yang berlaku," cakapnya.
Lebih lanjut, kata Makmur, pihaknya mensinyalir kuat dugaan ada pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana saat ini, untuk itu ia meminta LAMR segera mendudukkan permasalahan ini.
"Itu dapat dilihat dari orang-orang yang hadir waktu itu yang terutama melakukan presure, FPK maupun LAM Riau tidak mengenal orang orang itu. Nampaknya mereka orang-orang yang didatangkan, ada yang membawa spanduk masyarakat Melayu menolak, itu benar-benar bukan masyarakat Melayu. LAM Riau maupun FPK tidak pernah mendukung atau menolak dengan spanduk seperti itu," ucapnya.