Sekolah Tatap Muka di Kuansing Bisa Digelar Asal Penuhi Persyaratan Ini

Dr-Atik-Juniarsih2.jpg
(dok pribadi)

RIAU ONLINE, TELUK KUANTAN-Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat termasuk kalangan anak-anak.

Dampak yang paling nyata yang dialami oleh anak-anak selain kesakitan dan kematian karena Covid-19 termasuk pendidikan. Dimana kesempatan anak-anak memperoleh pendidikan di sekolah terenggut olehnya.

Menurut UNESCO, penutupan sekolah berdampak pada 1,6 Milyar anak di seluruh dunia. Sekolah merupakan tempat belajar anak untuk banyak hal terutama untuk membentuk kecerdasan kognitif, kebugaran fisik, interaksi sosial dan psikologis.

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah digantikan dengan pembelajaran jarak jauh. Dalam melaksanakan pendidikan jarak jauh pada jenjang pendidikan PAUD dan SD, kebanyakan anak-anak belum dapat melaksanakannya secara mandiri.


Peran guru di sekolah harus mampu digantikan oleh orang tua di rumah. Orang tua harus dapat bermetamorfosa menjadi guru disamping harus terus bekerja dan seringkali melakukan modifikasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga. Di sinilah seringkali masalah muncul, tidak semua anak-anak mendapatkan guru pengganti ketika melakukan pembelajaran jarak jauh.

Melihat situasi penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini, sekolah tatap muka sebenarnya belum dapat direkomendasikan. Sekolah dapat dibuka kembali untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka diperbolehkan jika transmisi lokal telah terkendali yang ditandai dengan positivity rate kurang dari 5 Persen serta menurunnya angka kematian.

Namun dari sudut pandang yang lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam salah satu survey menemukan sebanyak 78 persen siswa menyatakan setuju sekolah tatap muka.

Alasan yang mendasari keinginan sekolah tatap muka dikarenakan siswa sudah jenuh pembelajaran jarak jauh dan butuh variasi pelaksanaan pembelajaran. Sementara pelajaran praktikum dan materi-materi yang menurutnya sulit juga tidak bisa diberikan melalui pembelajaran jarak jauh.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi memastikan semua jenjang bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA. Hal ini mengacu pada kebijakan PPKM masing-masing daerah dan Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di

Masa Pandemi Covid-19, berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2021, bagi daerah yang termasuk dalam PPKM Level 3, dapat dilaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas di satuan pendidikan dan/atau pembelajaran jarak jauh dengan mengikuti ketentuan dalam Keputusan Bersama 4 Menteri.

Sedangkan bagi daerah yang termasuk dalam PPKM Level 2 dan Level 1 dapat melaksanakan pendidikan tatap muka yang lebih fleksibel namun dalam pelaksanaannya harus tetap menjalakan protokol kesehatan.

 

Pada daerah yang diberlakukan PPKM Level 3, bagi satuan pendidikan yang melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas harus memenuhi ketentuan kapasitas maksimal siswa sebesar 50% persen.

Kapasitas diperbolehkan lebih banyak untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan ketentuan menjaga jarak minimal 1,5 meter serta jumlah peserta didik maksimal 5 siswa per kelas. Namun untuk PAUD hanya diperbolehkan kapasitas 33 persen dengan tetap menjaga jarak 1,5 meter dan jumlah peserta didik 5 orang per kelas.

Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pembelajaran tatap muka harus memperhatikan prinsip bahwa COVID-19 paling menular pada kondisi tertutup.

Proses pembelajaran diutamakan dilaksanakan di luar ruangan dikarenakan berkegiatan di luar ruangan memiliki risiko penularan yang jauh lebih rendah dibandingkan di dalam ruangan.

Namun, jika pembelajaran dilaksanakan di dalam ruangan maka harus selalu diupayakan untuk memiliki ventilasi udara yang baik. Membuka pintu, jendela dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan.

Dalam kondisi pintu atau jendela tidak dapat dibuka, maka digunakan air purifier dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter.

 

Ruang tertutup dengan sirkulasi udara minim berisiko besar menyebarkan virus, terlebih lagi bila ruang sempit dan AC yang selalu hidup.



 

Beberapa studi mengungkapkan bahwa Covid-19 cenderung stabil pada lingkungan
bersuhu dingin dan kering seperti ruangan ber AC.

Jika sekolah tatap muka tetap dimulai, IDAI mempunyai rekomendasi beberapa panduan untuk pihak penyelenggara sekolah dan orang tua siswa yang harus dilaksanakan.

 

Salah satu daftar tilik kesiapan sekolah adalah memiliki ruang kelas dengan ventilasi cukup untuk menciptakan sirkulasi udara yang baik dengan menjamin pertukaran udara 10 L/m
berupa jendela yang bisa dibuka dengan tambahan kipas angin yang menghembuskan udara ke luar ruangan.

Pemilihan kipas angin yang dianjurkan adalah kipas angin standing (berdiri) sehingga udara langsung bisa dikeluarkan melalui jendela dan bukan kipas angina yang dipasang di dinding atau plafon ruangan.

 

Aliran udara yang kencang bisa menghancurkan partikel droplet (percikan ludah) sehingga dapat diterbangkan oleh udara tersebut.

 

 

Pada situasi ini, jika terdapat virus pada droplet tersebut maka bisa menular ke siapa saja yang terkena droplet yang diterbangkan udara ini. Untuk meminimalkan hal tersebut maka disarankan pelaku pendidikan untuk sering membuka jendela agar sirkulasi udara meningkat.

Titik kesiapan sekolah yang lain adalah memiliki fasilitas cuci tangan atau disediakan hand sanitizer, guru dan pengurus sekolah yang berhubungan dengan anak dan orang tua harus sudah divaksin, serta mengatur dan menciptakan kondisi di sekolah tidak mengakibatkan kerumunan anak-anak maupun orang tua/penjemput  serta membentuk Tim mitigasi di sekolah.

Dukungan mental untuk orang tua dan anak-anak harus tetap diberikan melalui pemberian fasilitas blended learning dengan tetap membolehkan orang tua memilih anak belajar secara daring dengan menyiapkan fasilitas teknologi yang memadai.

Sekolah harus memastikan penjagaan khusus untuk anak beresiko tinggi, memperhatikan kesehatan mental anak serta meyakinkan kepada orang tua dan anak jika ternyata anak sakit dan memerlukan isolasi, sekolah tetap menekankan pentingnya di rumah tanpa kekhawatiran pengurangan nilai.

Dengan begitu, seberapa kesiapan kita melaksanakan pembelajaran tatap muka?.