Baru Sehari Peringati Hari Anak Nasional, Ditemukan Mayat Bayi Dibuang di Tempat Sampah

Penemuan-Mayat-Bayi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Baru saja perhelatan akbar nasional peringatan Hari Anak Nasional (HAN) usai sehari, kejadian memilukan menimpa anak kembali di Riau, Senin, 24 Juli 2017. 

Sesosok mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di Sungai Kulim, Desa Kampung Pinang, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar, Warga setempat digegerkan dengan penemuan bayi malang ini.

"Penemu bayi malang ini mengatakan, mayat ditemukan di dalam bungkusan plastik sudah dikain kafan ketika penemu (Syaiful Amri) tengah sibuk mencari barang bekas di pembuangan sampah," kata Kapolsek Perhentian Raja, Iptu Dadan Wardan Sulia, Senin, 24 Juli 2017.

Ia menjelaskan, usai membuka bungkusan berisikan mayat, Syaiful, warga Jalan Purnama RT 002/RW 011 Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, langsung melaporkan kejadian ini kepada ayahnya, dan meneruskannya ke warga sekitar untuk segera melaporkan kejadian ini ke Polisi terdekat.

 



Usai mendapatkan laporan, polisi bertindak cepat langsung menuju lokasi penemuan mayat bayi tak berdosa itu dan membawanya ke rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan pemeriksaan.

"Dari tanda-tanda diperoleh, bayi tersebut telah meninggal lebih dari 24 Jam sejak pemeriksaan dilakukan dan kasus penemuan bayi laki-laki ini masih dalam proses penyelidikan," tutupnya.

Sebelumnya, perlahan-lahan terbuka kenapa Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2017 menjadikan Provinsi Riau sebagai tuan rumah. Pasalnya, jumlah kekerasan di Riau sangat tinggi di Pulau Sumatera dan nomor 2 di Indonesia, setelah Jawa Timur. 

Alasan tersebut langsung disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohanan Yembise, Sabtu, 22 Juli 2017, saat menggelar konferensi pers usai menutup acara Forum Anak Nasional, di Labersa Hotel, Siak Hulu, Kabupaten Kampar. 

"Kenapa kami memilih Riau. Karena provinsi ini bisa dikatakan mewakili Sumatera. Angka kekerasan terhadap anak (di Riau) paling tinggi. Usai dari sini, kita akan pindah ke tempat lain. Dengan catatan, Riau itu tingkat kekerasan anak tinggi," Mama Yo, sapaan akrab Yohana Yembise, Sabtu, 22 Juli 2017, di Hotel Labersa.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data, pada 2016, angka kekerasan terhadap anak di Riau memprihatinkan. Setiap tahunnya terus menunjukkan angka peningkatan.

Tahun 2014 sudah terjadi 96 kasus, 2015 meningkat menjadi 115 kasus dan 2016 kembali bertambah 171 kasus. "Tidak. Itu tidak semuanya angka kekerasan terhadap anak. Itu data globalnya saja," imbuhnya.