Donald Trump Mau Kirim 2 Juta Warga Gaza ke RI, Wakil Ketua MUI: Ada Maksud Jahat

Warga-palestina.jpg
(Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS via kumparan)

RIAU ONLINE - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkeinginan untuk mengirim sekitar 2 juta warga Gaza korban perang ke Indonesia. Rencana ini kemudian memicu kritikan keras dari berbagai pihak.

Wakil Ketua MUI Anwar Abbas menilai Donald Trump memiliki maksud jahat di balik rencananya mengirim korban jutaan warga Gaza ke Indonesia. Hal ini mengingat AS dan Israel selama menjadi sekutu.

"Oleh karena itu, kalau seandainya Donald Trump mengusulkan supaya 2 juta rakyat di Gaza itu dipindahkan ke Indonesia, ya, saya rasa dia punya maksud jahat itu. Bagi saya tercium bau anyir, ya, bau yang enggak sedap. Karena saya yakin dan percaya, ya, itu adalah salah satu strategi yang dipergunakan oleh Donald Trump untuk mengurangi peran Hamas," kata Anwar Abbas dalam podcast DipTalk yang tayang di Youtube kumparan, dikutip Kamis 23 Januari 2025.

Terlebih lagi, kata Anwar, Trump merupakan pendukung berat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Meski dunia sudah sering mengutuk serangan Israel di Gaza, AS tetap memberi pembelaan.

"Jadi kesimpulan saya adalah Israel dan Amerika adalah sama, cuma beda negara, tapi mereka pada dasarnya adalah sama. Mereka adalah sahabat, mereka adalah sekutu setia, ya," ujarnya.


Menurut Anwar, kemungkinan Hamas untuk bisa merekrut pasukan akan berkurang jika jumlah penduduk Gaza berkurang sesuai rencana Trump mengirim mereka ke Indonesia.

"Yang kedua adalah kalau seandainya Donald Trump ingin memindahkan 2 juta rakyat Gaza ke Indonesia, pertanyaan saya taruhlah misalkan diterima gitu, ya, apakah kira-kira mungkin Trump itu akan membiayai lagi pengembaliannya ke Gaza? Saya enggak percaya itu. Karena kalau dikembalikan, berarti eksistensi Israel akan terancam kembali. Itu bagi saya, ya, kalau ada orang menyatakan supaya kita berhusnudzon dengan gagasan Donald Trump ini, ini orang enggak tahu kita ngomong dengan siapa," jelasnya.

Anwar kemudian mengutip pernyataan mantan Menteri Luar Negeri AS Margaret Albright bahwa acuan dari politik luar negerinya adalah kepentingan negaranya. Sehingga jika ada kepentingan yang merugikan AS dan sekutunya, pasti akan ditolak.

"Kalau begitu, bagaimana itu? Kalau Amerika membela Israel dan Israel punya kepentingan untuk membentuk Israel Raya yang kawasannya itu tidak hanya daerah Palestina hari ini, tapi juga Jordan, Lebanon, Suriah dan belahan utara dari Saudi, serta bagian dari Irak, jadi menurut saya, ya, orang Israel ini emang bertekad bulat untuk mendirikan negara Israel Raya itu. Caranya adalah menghabisi negara Palestina itu, menghabisi kawasan Palestina," jelasnya lagi.

"Dalam artian Palestina, daerah Palestina atau wilayah Palestina betul-betul bisa mereka kuasai dan bisa mereka dudukin dan mereka jadikan bagian dari negara mereka," pungkasnya.