RIAU ONLINE - Pengamat memprediksi gelombang PHK akan terus berlanjut dan meluas ke sektor padat modal. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Ketenagakerjaan Timboel Siregar.
Menurut Timboel, potensi PHK di sektor padat modal karena sektor ini bisa lebih memanfaatkan teknologi yang lebih efisien ketimbang tenaga kerja.
“Jadi sektor-sektor lain yang non-padat karya juga seperti kemajuan teknologi, itu juga yang akhirnya menyasar kepada padat modal," kata Timboel, dikutip dari KUMPARAN, Sabtu, 28 Desember 2024.
"Sektor padat modal akan lebih efisien menggunakan teknologi daripada tenaga kerja dan ini juga akan menjadi sebuah ancaman peningkatan PHK,” imbuhnya.
Selain faktor hasil dari industri padat karya yang tidak terserap di pasar ekspor, Timboel juga melihat potensi PHK dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 6,5 persen di tahun 2025.
“Demikian juga persoalan kenaikan upah minimum 6,5 persen," ungkap Timbul.
"Walaupun pemerintah optimis (tidak ada PHK) tapi memang harus kita lihat ada perusahaan yang tidak mampu untuk menaikkan 6,5 persen dan proses rasionalisasi yang dilakukan adalah ya efisiensi, supaya produksi tetap berjalan ya," paparnya.
Pengamat ketenagakerjaan Payaman Simanjuntak juga memproyeksi tren PHK dapat berlanjut di tahun 2025. Industri yang terancam adalah industri sektor padat karya seperti tekstil dan sepatu.
"Tren PHK tahun 2024 nampaknya masih berlanjut ke tahun 2025, yaitu didominasi di sektor padat karya, tekstil dan sepatu," ungkapnya.
Menurutnya, keberlanjutan tren PHK disebabkan kemajuan teknologi yang digunakan negara pesaing yang menghasilkan produk serupa.
"Alasannya, karena di luar negeri terutama di Cina, teknologi digital akan semakin intensif diterapkan di sektor ini, sehingga produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan tekstil dan sepatu impor," lanjut Payaman.