RIAU ONLINE - Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri meringkus 8 orang terduga teroris di Sumatera Barat (Sumbar). Mereka diduga teroris dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII).
Delapan terduga teroris yang berhasil dibekuk adalah NAA, JN, ER, IS, SW, DYT, MA, dan SY. Masing-masing berperan penting dalam struktur organisasi NII, mulai dari komandan hingga bendahara.
Satu di antaranya, NAA merupakan Sekretaris KJ KPWB yang menjabat sebagai Komandan Jawatan (KJ) di Komando Perang Wilayah Besar (KPWB) Sumatera. NAA menghadiri kegiatan pendidikan dan pelatihan NII di Sumbar, mempersiapkan pasukan 'militer' untuk aksi mereka.
Selain itu, ada SY yang merupakan Imam NII faksi MYT dan Ketua Komando Perang Seluruh Indonesia (KPSI), terlibat dalam perencanaan perang dan penguatan organisasi NII. Ia juga berperan aktif dalam melakukan kajian dan pembinaan terhadap jamaah NII di Jawa dan Sumatera.
"Pelaku melakukan perencanaan pembelian senjata sebagai upaya memperkuat organisasi NII dalam rangka mempersiapkan Jihad Qital," ungkap Kombes Aswin Siregar, Juru Bicara Densus 88 Anti-teror Polri, dikutip dari Liputan6.com, Jumat, 22 November 2024.
JN, yang menjabat sebagai Komandan Kompas B Imam Bonjol NII, menunjukkan bahwa NII telah membentuk struktur dan komando di tingkat lokal. Sementara ER berperan sebagai bendahara kelompok NII, sekaligus terlibat dalam kegiatan militer dan Milad NII di Sumatera Barat.
IS, yang menjabat sebagai Sekretaris II Komando Perang Setempat (Kompas) Sumatera Barat, terlibat dalam safari dakwah dan sosialisasi program NII 2024. SW dan MA juga tertangkap karena terlibat dalam kegiatan pendidikan militer NII, sementara DYT yang menjabat sebagai Kepala Staf KPWB 3 terlibat dalam kegiatan pelatihan askar di Sumatera Barat.
Densus 88 turut menyita 35 barang bukti, termasuk buku-buku bermuatan ajaran jihad yang mengatasnamakan agama. Hal ini membuktikan upaya terselubung kelompok teror untuk menyebarkan pengaruh dan pemikiran radikal kepada masyarakat.
"Kelompok teror/radikal akan terus berupaya menanamkan pengaruh dan pemikiran radikal kepada masyarakat melalui kegiatan terselubung," tegas Aswin.
Aswin mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran pengaruh radikal, menjaga diri, keluarga, dan lingkungan, serta melaporkan kepada pihak berwenang apabila menemukan adanya penyebaran paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara.