Penuh Haru, Perpisahan Pak Bas Usai 45 Tahun di Kementerian PUPR

Pas-Bas-perpisahan-di-kemnterian.jpg
(Instagram)

RIAU ONLINE - Basuki Hadimuljono berurai air mata saat akan lengser dari posisi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Mantan menteri yang akrab disapa Pak Bas itu menangis saat menghadiri perpisahan di kantornya.

Pak Bas sudah 45 tahun mengabdi di Kementerian PUPR. Tepat pada Minggu, 20 Oktober 2024 kemarin, Pak Bas tidak lagi menjabat Menteri PUPR.

Dalam acara perpisahan itu, Pak Bas yang didampingi sang istri dan di hadapan para pegawai dan jajaran Kementerian PUPR, mengibaratkan kantornya itu sebagai rumah, tempatnya berkarya, dan bekerja. Ia pun berpesan agar nama baik Kementerian PUPR dapat terus dijaga.

"Kami mohon pamit, ini rumah saya, 45 tahun saya bekerja di PUPR, umur saya baru 70, jadi sebagian besar hidup saya di Kementerian PUPR, saat-saat inilah yang sangat saya galaukan," kata Basuki, dikutip dari Suara.com, Senin, 21 Oktober 2024.

"Semua akan berpisah, semua akan berakhir, tapi sekali lagi kami mohon doanya semoga sisa hidup kami bisa lebih baik dan bahagia. Saya igin melihat PUPR ini tetap menjadi organisasi yang kredibel, amanah, bersahaja," tuturnya.

Kini, Pria bernama lengkap Mochamad Basuki Hadimoeljono itu, memiliki tugas baru sebagai Kepala Badan Otoriter Ibu Kota Nusantara (IKN).

Pria kelahiran Surakarta pada 5 November 1954 itu sudah menjabat Menteri PUPR pada Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, sejak 23 Oktober 2019.


Pak Bas juga menjabat Menteri PUPR dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla masa kerja 2014–2019.

Ia mulai berkarier di Kementerian Pekerjaan Umum setelah meraih gelar sarjana dari Fakultas Teknik UGM pada tahun 1979 dan memperoleh gelar master dan doktor dari Universitas Colorado.

Pas Bas bahkan mendapat penghargaan sebagai pegawai kementerian pada 1995.

Kemudian, Pak Bas naik pangkat dan menjabat sebagai Inspektur Jenderal dan Direktur Jenderal. Presiden ke-7 RI Joko Widodo menunjuk Pak Bas untuk menjabat menteri pada 2014, setelah lebih dari 30 tahun sebagai pegawai negeri.

Selama berkarier di Kementerian PUPR, Pak Bas sudah berkontribusi di sejumlah kelompok kerja tingkat nasional, yakni:

  • Rehabilitasi pasca gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia di Aceh tahun 2004
  • Penanganan banjir lumpur panas Sidoarjo tahun 2006–2007
  • Perbaikan Jalan Tol Purbaleunyi tahun 2006
  • Pengelolaan kelangkaan pangan di Kabupaten Yahukimo tahun 2006

Selama 45 tahun mengabdi di Kementerian PUPR, Pak Bas telah dianugerahi sejumlah prestasi, antara lain tiga medali Satyalancana Karya Satya, medali Satyalancana Pembangunan dan Satyalancana Wira Karya pada tahun 2003 dan 2005, dan medali Satyalancana Kebaktian Sosial untuk pekerjaannya di Aceh usai terjadi tsunami.

Pada Desember 2017, Pak Bas menerima Bintang Bhayangkara Utama bersama 6 menteri dalam kabinet kerja lainnya. Anugerah gelar doktor honoris causa dari ITB juga diraih Pak Bas pada 15 Januari 2020, atas jasanya dalam infrastruktur bencana (pengembangan, pembangunan serta pengelolaan infrastruktur, khususnya di bidang sumber daya air dan infrastruktur tahan gempa).

Tiga tahun kemudian, tepatnya 9 November 2023, Pak Bas kembali mendapat penghargaan, yakni tanda kehormatan The Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star oleh kaisar Naruhito, berkat jasanya dalam memperkuat kerja sama antara Indonesia-Jepang.

Tak hanya itu, Pak Bas juga menerima penghargaan Distinguished Honorary Fellow dari Federasi Organisasi Teknik ASEAN pada bulan Februari 2017. Kemudian pada Juli 2017 ia mendapat penghargaan International Lifetime Contribution dari Japan Society of Civil Engineers.

Masa tugas Pak Bas sebagai Menteri PUPR berakhir seiring dibentuknya Kabinet Merah Putih Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.