RIAU ONLINE - Makan bergizi gratis yang menjadi program unggulan Presiden terpilih Prabowo Subianto, membutuhkan kucurann anggaran negara hingga Rp 800 miliar setiap harinya untuk 82,9 juta orang penerima.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengatakan total pengeluaran harian Badan Gizi Nasional akan menjadi sekitar Rp 1,2 triliun saat program makan bergizi gratis itu berjalan sepenuhnya. Dari anggaran tersebut, 75 persen diantaranya dialokasikan untuk intervensi bergizi gratis.
Anggaran program makan bagi pelajar ini sudah mulai dialokasikan di APBN 2025 sebesar Rp 71 triliun. Dadan mencatat total kebutuhan anggaran program itu mencapai lebih dari Rp 400 triliun.
"Sebanyak 75 persen dari Rp 1,2 triliun itu untuk intervensi makan bergizi, itu kurang lebih Rp 800 miliar setiap hari," ungkapnya saat BNI Investor Daily Summit 2024, dikutip dari kumparan, Rabu, 9 Oktober 2024.
Dadan menyebut, sebanyak 85 persen dari total anggaran harian makan begizi gratis digunakan untuk membeli bahan baku makanan atau produk pertanian. Menurutnya, uang itu akan beredar di daerah pedesaan, sebab pemerintah akan mengutamakan peran koperasi dan BUMDes.
Dadan melanjutkan, Badan Gizi Nasional sudah melakukan percontohan atau uji coba program Makan Bergizi Gratis selama kurang lebih 9 bulan. Program ini akan dijalankan melalui satuan pelayanan yang melayani sekitar 3.000 anak.
"Setiap hari itu dibutuhkan 200 kg beras, 350 kg ayam, atau 3.000 telur, dan juga 350 kg sayur. Butuh juga susu 500 liter sekali. Jadi ini jumlah yang sangat besar," ungkap Dadan.
Badan Gizi Nasional baru akan menjalankan 5.000 satuan pelayanan mulai tahun depan. Dadan menargetkan, akan ada sekitar 30.000 satuan pelayanan ketika program ini berjalan penuh.
"Itu baru satu satuan pelayanan. Kalau nanti program ini berjalan secara menyeluruh, akan ada kurang lebih 30.000 satuan pelayanan di seluruh Indonesia yang melayani ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah yang mulai dari PAUD, sampai SMA," tuturnya.
Dadan menambahkan, khusus untuk pasokan susu sapi sebanyak 500 liter per hari untuk setiap satu satuan pelayanan, maka dibutuhkan total sapi perah hingga 60 ekor.
"Dibutuhkan dalam satuan pelayanan itu 60 ekor sapi. Kalau dalam satu kecamatan ada lima satuan pelayanan, maka sebetulnya minimal 300 sapi sudah harus ada dalam satu kecamatan," imbuh dia.
Sementara untuk telur ayam, Dadan mengatakan bahwa kebutuhannya yaitu satu butir telur per hari untuk setiap penerima. Dengan begitu, perlu 82 juta butir telur setiap harinya ketika program berjalan penuh.
Dadan menjelaskan, Makan Bergizi Gratis tetap diberikan satu kali per hari untuk setiap penerima, namun berbeda waktunya. Untuk anak PAUD hingga kelas 2 SD dibagikan pada pukul 8 pagi alias sarapan, kemudian kelas 3-6 SD pukul 9.30 pagi. Sebab, anak PAUD dan SD tidak bersekolah melebihi jam 12 siang.
Sementara itu, anak SMP dan SMA akan diberikan makan gratis pada pukul 12 siang hari, lantaran mereka bersekolah hingga pukul 2 siang bahkan sampai sore.
Hal ini pun yang menyebabkan terminologi program Makan Siang Gratis diubah menjadi Makan Bergizi Gratis. Kendati begitu, Dadan memastikan setiap anak tetap diberikan 1 kali sehari.
"Anak PAUD sama anak SD kelas 2 itu kan makannya jam 8 itu kan pagi, anak SD lain dari kelas 3 sampai 6 makannya jam 9.30, anak SMP dan SMA makannya siang, jadi anak SD makan pagi, yang SMP dan SMA siang," jelasnya.
Dadan menuturkan, selain waktu makan yang berbeda, kalorinya juga akan disesuaikan dengan usia penerimanya. Meskipun begitu, menu dan kandungan gizinya tetap sama. "Kita memenuhi sepertiga kebutuhan kalori anak setiap hari untuk sementara ini," kata dia.