RIAU ONLINE - Proses perekrutan jaringan terorisme melalui media sosial (medsos) tengah didalami Tim Densus 88 Antiteror Polri. Hal ini menyusul ditangkapnya remaja terduga teroris berinisial HOK, yang ternyata memiliki semangat paham radikal hasil interaksi grup medsos.
"Nah ini memang kita sedang dalami bagaimana proses rekrutmen yang bersangkutan dilakukan di dalam grup-grup tersebut, sampai dengan muncul keinginan yang bersangkutan untuk melakukan penyerangan terhadap tempat ibadah agama lain yang dianggap kafir di dalam ajaran atau di dalam paham yang dia pelajari tersebut,” tutur Kabag Renim Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Aswin Siregar di Mabes Polri, dikutip dari Liputan6.com, Rabu, 7 Agustus 2024.
Aswin menegaskan propaganda paham radikalisme dan terorisme di medsos dapat membawa seseorang salah arah dalam waktu singkat. Seperti yang terjadi pada HOK.
“Nah profiling ini kami anggap penting, dari tim Densus 88 menginginkan hal ini disampaikan kepada masyarakat semua, bahwa keterlibatan yang bersangkutan di dalam tindak pidana terorisme ini dipicu interaksi dari sosial media, kemudian pengawasan juga yang kurang dari pihak keluarga terhadap yang bersangkutan sehingga memicu atau peluang yang besar terhadap yang bersangkutan untuk terlibat dalam sebuah tindak pidana terorisme,” jelas dia.
HOK mulai mempelajari paham radikal ISIS pada November 2023. Memasuki April atau Mei 2024, dia sudah masuk dalam tahap membeli bahan peledak untuk merakit bom.
“Sehingga baru kemarin kita sama-sama lihat bahwa sebuah proses ya terjadi terhadap seorang remaja, dari mulai mendapatkan informasi salah tersebut, sampai dengan terpapar dan termotivasi untuk melakukan bom bunuh diri. Semuanya hanya dalam kurun waktu kurang lebih enam hingga tujuh bulan saja,” Aswin menandaskan.
HOK merupakan anggota Daulah Islamiyah dan masih terafiliasi dengan Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS).
"Bahwa penyelidikan atau pengumpulan informasi yangtelah dilakukan oleh densus 88 mendapatkan bahwa HOK merupakan seorang simpatisan Daulah Islamiyah, dalam hal ini ISIS, yang bersangkutan sudah berbaiat," ujar Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar.
Menurut Kombes Aswin, HOK yang masih berstatus sebagai pelajar itu belum bergabung secara online.
"Baiat dilakukan secara online oleh yang bersangkutan menggunakan salah satu aplikasi media sosial. Berbaiat kepada Amir Daulah Islamiyah ISIS," terang Aswin.
Aswin menyebut situs online tersebut berisikan propaganda aksi bom bunuh diri yang berlandaskan jaringan Daulah Islamiyah.
"Yang bersangkutan merencanakan, tersangka ini merencanakan untuk melakukan bom bunuh diri di daerah Batu, Malang, Jawa Timur," papar Aswin.
Dia menerangkan, terduga pelaku teroris berinisial HOK (19) itu membeli bahan baku peledak lalu dikirim ke kediamannya.
Hal itu pun rupanya diketahui oleh orang tua terduga pelaku teroris. Tidak hanya itu, orang tua pelaku rupanya juga turut mengetahui proses pembuatan dan tindakan HOK.
"Menurut pengakuannya yang sementara sedang kita dalami, bahwa pemesanan, kemudian pembuatan, pemesanan itu menggunakan alamat di rumah, kemudian juga pembuatan di rumah, dan itu diketahui oleh orang tua atau keluarga yang bersangkutan," ujarnya.